Erwin Arnada (kemeja putih) ngobrol bareng wartawan dari Jakarta soal rencana syuting 'Rumah Di Seribu Ombak' di Starbuck Cafe Bali tahun 2011. (foto: dudut sp) |
Novel Rumah di Seribu Ombak merupakan hasil riset Erwin tentang sosok pemandu wisata bernama Wayan Manik di Lovina, Bali pada tahun 2008. Ketika novelnya tersebut berhasil laris di pasaran, Erwin pun berharap versi filmnya nanti bisa mengalami hal yang serupa.
"Versi novelnya saya tulis saat masih mendekam di Lembaga Pemasyarakatan Cipinang sekitar 9 bulan. Sebelumnya saya memang sempat riset ke Singaraja, Bali pada tahun 2008 dan mewawancari seorang pemandu wisata bernama Wayan Manik. Di Singaraja, populasi umat muslimnya paling banyak dan menurut saya toleransi disana sangatlah tinggi. Hal itulah yang mau coba saya angkat di film ini," ucap Erwin di XXI Epicentrum, Kuningan, Jakarta Selatan.
"Best seller novel dan film itu urusan di atas sih, tapi saya berharap film ini sukses juga," tambahnya.
Selain toleransi, film Rumah di Seribu Ombak juga memiliki 'misi terselubung' Erwin Arnada untuk kemajuan industri perfilman Tanah Air.
"Saya cenderung menampilkan wajah-wajah baru di film ini kecuali Lukman Sardi. hal itu saya lakukan karena industri ini butuh talenta-talenta baru,” ujar Erwin Arnada. (kf1)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar