Pantai Desa Pemuteran |
Di sini pantainya indah membiru,
dengan ombak yang terbilang jarang, lantaran bukan berada di lingkar Samudera
Hindia. Terumbu karangnya yang dangkal terpelihara dan dikonservasi dengan
baik. Rupanya masyarakat setempat memiliki kesadaran tinggi akan kekayaan alam
desa mereka. Pantainya cocok untuk wisata
snorkeling yang tak jauh dari bibir pantai.
Pantai ini juga jauh dari
hiruk-pikuk pedagang asongan. Atmosfernya masih macam di pedesaan yang damai. Tak
ada bar, restoran atau diskotek, sungguh cocok bagi mereka yang ingin merasakan
suasana spiritual. Mau bermeditasi misalnya, cukup tinggal di dalam cottagenya.
Sunyi, namun tetap saja menyenangkan.
Pemuteran Cottage |
“Dulu tempat ini tidak seperti
sekarang,” demikian ungkap I Gusti Agung Prana, Ketua Yayasan Karang Lestari
yang sekaligus pemilik resor Taman Sari. Dia mengaku saat tahun 1980-an datang
ke desa Pemuteran tempatnya masih tandus. Terumbu karang rusak. Kondisi
masyarakatnya pun masih terbilang minus.
“Padahal saya melihat ada tiga teluk
dan sebelas gunung di sekitar kawasan ini,” kenang Prana lagi. Ditambah lagi
masyarakatnya dengan budaya yang unik, dia melihat potensi pariwisata desa yang
amat menjanjikan di masa mendatang.
Pelan-pelan, mulailah Prana
memberikan pemahaman yang kini dikenal sebagai pariwisata berkelanjutan kepada
penduduk setempat. Dia memberikan motivasi bagaimana membuat lingkungan
setempat agar selalu terjaga dengan baik. Prana menanamkan konsep bahwa
pariwisata tak melulu sebagai bisnis semata. Menurutnya, lingkungan harus tetap
dijaga sebagai modal hidup mereka.
Awal 1990-an, ide yang ditawarkan
Prana mulai berbuah. Kawasan Pemuteran mulai hijau. Terumbu karang yang tumbuh
secara alami, tak pelak menarik perhatian wisatawan untuk datang ke Pemuteran.
Mereka datang dengan berbagai minat khusus, umumnya wisata bahari macam diving atau snorkeling. Namun ada juga yang sekadar wisata spiritual.
Sejak tahun 2000, Prana juga menggagas
proyek rehabilitasi terumbu karang bersama warga setempat. Mereka membentuk
Kelompok Karang Lestari. Kelompok ini melakukan rehabilitasi terumbu karang
dengan teknik yang terbilang baru. Caranya adalah dengan mengalirkan listrik
bertegangan rendah pada kerangka rumpon (bronjong) di bawah dasar laut. Selain
itu, yayasan ini juga mengupayakan penangkaran penyu.
Demikianlah model Prana berbisnis.
Dimulai dengan memberdayakan penduduk setempat, hingga tingkat kesejahteraannya
bisa meningkat. Lantas, dia dengan caranya yang unik juga tetap menjaga kelestarian
lingkungan sekitarnya dengan berbagai cara agar pariwisata tetap berkelanjutan.
Dalam Konferensi Pariwisata
Berkelanjutan, di Holiday Inn Hotel, Kuta, Bali medio September lalu, Prana
bersama Yayasan Karang Lestarinya menerima penghargaan dari pemerintah atas
upaya pelestarian terumbu karang dan penangkaran penyu. (bob)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar