Myra P Gunawan |
“Orientasi kita selama ini hanya pertumbuhan ekonomi, padahal ini hanya kendaraan dan bukan tujuan,” jelas Myra saat konperensi pers Konferensi Pembangunan Kepariwisataan Berkelanjutan, di Bali, Kamis (13/9/2012).
Maka dari
itu, lanjutnya, indikator keberhasilan pariwisata ini perlu ditambah. Bukan
hanya sekadar jumlah kedatangan wisman dan jumlah perjalanan wisdom. Menurutnya,
pariwisata bukanlah tujuan, karena tujuan mengembangkan pariwisata sendiri
adalah untuk menyejahterakan masyarakat.
Pariwisata berkelanjutan, menurutnya bukan sekadar hanya
berdimensi ekonomi, melainkan juga sosial budaya. “Mencari keuntungan tentu
boleh tetapi ada rambu-rambu yang harus diikuti,” tandasnya.
Myra
memberi contoh ketimpangan pembangunan pariwisata yang terjadi di Bali. Banyak
resor mewah namun kondisi masyarakat yang tinggal di sekitarnya masih kurang
sejahtera. Sebaiknya, lanjut Myra, pembangunan infrastruktur bukan hanya
dinikmati oleh wisatawan, tetapi juga oleh warga setempat.
Perihal ketimpangan tersebut diaminkan oleh Wakil Menteri Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif Sapta Nirwandar. Menurutnya agar pariwisata berkelanjutan bisa
berjalan hal yang harus diperhatikan adalah pemerataan sektor pembangunan
destinasi pariwisata ke daerah-daerah lainnya.“Misalnya, pembangunan industri pariwisata di Bali. Saat ini sarana pendukung pariwisata Bali dan obyek wisatanya bertumpuk di kawasan selatan,” tegas Sapta dalam kesempatan yang sama.
Dia menyebutkan bahwa Bali selatan sekarang ini sudah terlalu padat. Bahkan, jumah hotel berbintangnya sudah mencapai seratus buah. Akibatnya, kemacetan kerap terjadi di kawasan ini. Di masa mendatang, dia memandang perlu adanya pemerataan. Salah satu solusinya adalah perlu adanya insentif bagi pembangunan di daerah lain, di luar Bali selatan, agar pariwisata lebih menyebar lagi.
Sebagai manifestasi pariwisata yang berkelanjutan ini, Sapta menyatakan pemerintah sudah menyiapkan cetak biru pariwisata nasional. “Rencana strategisnya sudah ada. Di negara lain seperti Perancis, masing-masing daerah punya ikon pariwisata. Itu berkembang karena ada insentif," ujarnya.
Konferensi Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan dihadiri oleh pemangku kepentingan dari instansi pemerintah pusat dan daerah, asosiasi dan industri pariwisata, pengelola destinasi wisata, akademisi, serta LSM. Hadir pula sejumlah pakar pariwisata yang merupakan perwakilan organisasi internasional World Tourism Organization (UNWTO) dan ILO, praktisi dan LSM pariwisata, hadir sebagai pembicara dalam konferensi yang berlangsung di Bali pada 13-14 September 2012 tersebut. (bob)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar