Rabu, 12 September 2012

Menikmati lagu tak populer konser 'Tembang Harmoni'

Renny Djadjoesman, Andy /rif dan Iwa K membawakan tembang
'Merah Putih' karya Gombloh di Konser Tembang Harmoni, Arena PRJ.
Foto: Dudut Suhendra Putra
GEMURUH  tata suara racikan orkestrasi konduktor Addie MS menyatu padu dengan semburat api di latar depan panggung konser Tembang Harmoni di Hall D Pekan Raya Jakarta, pada Selasa 11 September 2012. Di layar utama panggung diputar film ilustrasi menyiratkan adegan kerusuhan disertai kebakaran. Aksi teaterikal sejumlah penari  merangsek arah panggung dari barisan kursi penonton. Musik, teater, video dan tari tersebut adalah bentuk ‘multimedia’ yang ditawarkan Renny Djajoesman Enterprise (RDE) di hari pertama itu.
   Sejumlah penyanyi bakal membawakan 20 lagu, dimana lebih dari separuh dari seluruh lagu adalah ciptaan SBY (Soesilo Bambang Yudhoyono) yang tak lain Presiden Republik Indonesia.  Inilah pentas musik terbesar anak bangsa, dari sisi penampil.
   Sandy Sondoro dan Dira Sugandi membuka konser malam itu dengan tembang Save Our Planet (SBY). Sebuah tembang tentang kegetiran dan harapan akan perbaikan dunia. Usai jeda sejenak, Eka Deli menyambung dengan lagu Tanah Air ciptaan Ibu Soed. Pada lagu ini, dua kamera jimmy jib bergerak perlahan mengikuti alunan irama music yang khidmat.
   Terdapat tujuh buah layar (1 di tengah panggung, 2 di sisi kiri dan kanan, ditambah 2 monitor di atas kiri dan kanan panggung). Banyak yang hendak disampaikan dari konsep agung pergelaran ini. Panggung melebar ke kanan dan kiri  sangat eksotis. Namun, fokus mata ke panggung utama sebenarnya sudah cukup proporsional. Maka ketika muncul penari di sisi kiri panggung, penonton nyaris tak menggubris. “Oh ternyata ada orang di panggung kiri dan kanan”. Bahkan, sempat wajah Ratna Listy sebagai MC-pun tak tertangkap kamera.
   Lagu selanjutnya Indonesia Jaya dibawakan oleh Joy Tobing dengan teknik vocal khas, namun suaranya terlalu ‘rapat’ dengan orchestra.  Mungkin hal tersebut karena tata suara belum tune-in. Ini bisa dimaklumi.    
   Namun, pada lagu berikutnya, Bersatu dan Maju ternyata suara Joy tidak juga mampu melampaui iringan orchestra yang didukung Gita Wiryawan pada piano dan Dwiki Dharmawan pada kibor.
   Rentetan lagu-lagu pun bergantian dibawakan oleh para pengisi acara secara solo, duet maupun trio seperti  Dharma Oratmangun, Ebiet G Ade, Andy Rif, duet abadi Harvey Malaiholo dan Rafika Duri, Cici Paramida, Renny Djajoesman, Iwa K, Brothers & Co, Vidi Aldiano, Rio Febrian dan Linda Sitinjak, Berlian Hutahuruk,Yuyun Arfah, Lala Kamelia, dan Afghan.
   Secara khusus Ireng Maulana (gitar), Kibod Maula (gitar) dan Yockie Suryo Prayogo (piano) mengemas  apik instumentalia lagu berjudul Untukmu Anak Manis karya SBY. Yang agak berbeda, ternyata ada penampilan Cici Paramida pada lagu Rinduku Padamu berirama dangdut. Jika dangdut dianggap untuk mewakili jenis musik selain pop, seharusnya ada penampilan lagu keroncong. Ah, tapi ya sudahlah..
  Keseluhan konser yang berlangsung hampir 2 jam ini seperti ingin  membuktikan, Indonesia memiliki para kampiun musik. Dan, itu tidak keliru. Hampir semua jagoan musik malam itu tumplek di panggung. Sebut saja biolis Idris Sardi, aranjer Singgih Sanjaya, drummer Jimmy Manopo, gitaris Bartje van Houten, Purwacaraka, Andi Rianto, Audiensi Band,  Indra Perkasa, Fariz RM,  Dian HP,  Onie Krisnerwinto, Iwan Hasan, Barry Likumahua, Tohpati, Korem Sihombing, dan Glen Dauna.  
   Dari hampir seluruh rangkaian lagu yang dipentaskan, hanya beberapa lagu yang diapresiasi penonton dengan cara bersenandung. Selebihnya, penonton menyimak tembang-tembang tak populer. (kf)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar