Kamis, 08 Maret 2012

'Sampai Ujung Dunia' film perdana NasiPutih Pictures


KETIKA banyak film mengangkat tema seputar cinta remaja sekolah dan kampus umum, rumah produksi Nasi Putih Pictures justru menghadirkan setting dan pendekatan yang berbeda melalui film Sampai Ujung Dunia (SUD). Berbeda, karena film ini melibatkan dinamika dunia sekolah pelayaran dan penerbangan.
   Film drama romantis ini menghadirkan pemain antaranya Dwi Sasono, Gading Marten, Renata Kusmanto, Roy Marten, Chintami Atmanegara, Sudjiwo Tedjo, dan lain-lain. Layar dibuka dengan  kemunculan seorang pemuda yang belakangan diketahui bernama Daud, seorang pelaut Indonesia saat menyusuri sebagian sudut kota di Belanda. Dia termangu saat masuk di sebuah restoran dan membayangan masa kecilnya bermain bersama Gilang tetangganya, dan Anisa anak penghuni panti asuhan tak jauh dari rumah mereka. Anisa anak yang baik namun fisiknya lemah dan sering sakit.
   Persahabatan yang terbina sejak masa kecil ini dilalui hingga mereka remaja dimana diantara ketiganya mulai memahami persahabatan mereka terdistorsi oleh perasaan cinta. Gilang dan Daud menghadapi kenyataan pelik; mencintai orang yang sama yaitu Anisa. Sebaliknya, kekaguman Anisa pun tidak berubah pada kedua sahabatnya itu.
   Demi menjaga perasaan kedua lelaki yang dikaguminya itulah, Anisa memutuskan membuat ‘sayembara’ yang nyaris tak masuk akal, yakni meminta kepada keduanya yang tercepat membawanya ke negeri Belanda (menemui orangtuanya), maka dialah yang akan menjadi kekasihnya.
   Sayembara ini ditanggapi serius oleh Gilang dan Daud yang ketika itu menjelang lulus SMA. “Lihat ini, ada kesempatan buat kalian membawaku ke Belanda,” kata Anisa, yang saat itu bekerja di sebuah percetakan. Ia perlihatkan selebaran pengumuman dari Sekolah Tinggi Penerbangan dan Pelayaran yang membutuhkan banyak taruna.
   Bagi anak konglomerat seperti Gilang, tentu tidak sulit memboyong Anisa ke Belanda, dia bisa minta pada orangtuanya. Sementara musykil bagi anak penjahit miskin seperti Daud. “Tetapi, aku ingin uang untuk membawaku ke Belanda uang kalian sendiri,” tegas Anisa.
   Sayembara itu tidak ditawar-tawar lagi oleh Gilang dan Daud. Demi meraih cinta sejati, keduanya bersemangat dan langsung melanjutkan sekolah penerbangan dan pelayaran sesuai ‘arahan’ Anisa.  Niat keduanya ditanggapi berbeda oleh masing-masing orangtua. Ayah Gilang (diperankan Roy Marten) yang konglomerat menertawakan rencana Gilang masuk ke Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia (STPI) – Curug.
   Sedangkan orangtua Daud (diperankan Sudjiwo Tedjo) berharap agar anaknya bersikap realistis melihat kondisi perekonomian keluarga. Tidak mungkin meneruskan ke Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) – Merunda, karena membutuhkan biaya sangat besar. “Tetapi pak, Aku berusaha mendapatkan beasiswa,” kata Daud kepada sang ayah.
   Singkat cerita, keduanya diterima sebagai taruna di sekolah yang mereka pilih. Suasana pendidikan dan dinamika selama di asrama membentuk karakter Gilang dan Daud yang semula remaja urakan dan kekanakan menjadi pemuda mandiri yang disiplin.
   Beberapa kali dalam kesempatan libur sekolah di akhir pekan, baik Gilang maupun Daud masih menjumpai Anisa di panti asuhan. Di panti inilah Anisa dititipkan ibunya sebelum meninggalkan Indonesia, dan menetap di Belanda bersama kekasih gelapnya.
   Waktu berjalan cepat. Daud dan Gilang dinyatakan lulus sekolah dan mulai bekerja di bidangnya masing-masing. Di sisi lain, Anisa yang diam-diam mengidap sakit keras tetap menutupi penyakitnya. Suatu kebetulan, sayembara yang pernah dibuat Anisa dipenuhi secara bersamaan oleh Gilang dan Daud. Keduanya siap membawa Anisa ke Belanda meski Anisa divonis mengidap sakit kelainan jantung.
   Menjelang akhir cerita, adegan kembali kepada sosok Daud yang duduk menunggu di restoran di Belanda. Tak lama kemudian muncul Gilang yang terlihat semakin dewasa, disusul seorang wanita paruh baya (diperankan Tutie Kirana) yang ternyata ibunda Anisa. Ketiganya pun berdiskusi tentang siapa yang paling berhak mendapatkan cinta Anisa.
   Namun, ternyata diam-diam Anisa sudah berada di kota Belanda dan menentukan siapa cinta sejatinya.
   Film ini menghadirkan penampilan khusus sejumlah pemain, antaranya rapper Iwa K, dan Desta, serta Sita Nursanti. Sebagai film bertema drama romantis, Sampai Ujung Dunia besutan sutradara Monty Tiwa ini sangat inspiratif, memancing minat para remaja untuk memilih dan mencintai profesi penerbang dan pelaut.
   Banyak hal diungkapkan dalam film yang recommended ini, terutama tentang dinamisnya kehidupan taruna penerbangan dan pelayaran di masa pendidikan. Film SUD akan ditayangkan serentak di bioskop nasional seluruh Indonesia pada pekan pertama bulan Maret 2012. Ini sepertinya akan menjadi kado istimewa bagi perayaan Hari Film Nasional yang jatuh pada 30 Maret. (tis)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar