Sabtu, 04 Februari 2012

Screen Actors Guild 2012 menangkan film 'The Help'

FILM The Help sukses memboyong penghargaan film terbaik Screen Actors Guild (SAG) Minggu (29/1) malam di Los Angeles. Tidak hanya itu, The Help berhasil meraih dua penghargaan lain, Aktris Terbaik, Viola Davis, dan Aktris Pendukung Terbaik, Octavia Spencer.
   "Mimpilah yang tinggi dan sungguh-sungguh," kata Viola Davis saat menerima penghargaan, seperti dikutip Reuters.
   Sementara itu, film bisu "The Artist" sebagai pesaing beratnya hanya membawa pulang satu penghargaan aktor terbaik untuk Jean Dujardin.
"Saya selalu bermimpi (mendapat penghargaan ini)," kata Dujardin, aktor asal Prancis itu. "Sekarang saya sadar kalau saya tidak akan pernah berhenti bermimpi. Terimakasih banyak. Terimakasih atas mimpi yang menjadi kenyataan ini."
   Pemenang lainnya dalam penghargaan SAG, yakni aktor veteran Christopher Plummer (82) yang dianugerahkan sebagai aktor pendukung terbaik.
   Sementara itu untuk penghargaan kategori pertelevisian, "Boardwalk Empire" menang seri drama terbaik untuk kedua kalinya secara berturut-turut. Begitu juga dengan Modern Family yang meraih komedi terbaik.
   SAG Awards merupakan ajang penghargaan film menjelang Academy Awards yang biasa disebut Oscar. Namun, SAG Awards juga memberi penghargaan bagi insan pertelevisian, seperti penghargaan Golden Globe. SAG memiliki dampak besar pada pemenang di Academy Awards yang akan berlangsung pada 26 Februari.
   Sementara itu, The Artist melanjutkan kedekatannya dengan perfilman Amerika setelah memenangkan penghargaan film berproduser terbaik, Sabtu lalu, pada Producers Guild Awards (PGA). Kemenangan ini memperbesar peluang film ini untuk meraih Oscar yang penominasiannya mulai pekan depan.
The Help
   Film bisu hitam putih bertema komedi produksi Prancis yang dibintangi Jean Dujardin dan Berenice Bejo itu memotret masa berakhirnya era film bisu Hollywood pada 1920an yang mengisahkan seorang bintang film bisu yang tengah memudar untuk memasuki dunia sinema.
   "Ketika Michel Hazanavicius dan saya memimpikan membuat The Artist, kami tahu kami tengah mimpi menuliskan sebuah surat cinta kepada sinema Amerika.  Kami tak pernah tahu kami akan memenuhi selera mimpi Amerika," kata Thomas Langmann, produser film ini, pada pidato penerimaan penghargaan itu di Beverly Hills.
   Sebelumnya film ini telah mendapatkan sejumlah penghargaan yang mendahului anugerah Oscar nanti, yaitu Critics Choice dan Golden Globes untuk kategori film terbaik belum lama di bulan ini.
   Film ini mengalahkan sejumlah film lainnya termasuk komedi bertema perempuan Bridesmaids, drama tentang hak-hak sipil The Help, dan epos karya Steven Spielberg berjudul War Horse.
   The Adventures of Tintin yang diproduksi Spielberg, Peter Jackson dan Kathleen Kennedy, mendapat penghargaan terbaik untuk film animasi terbaik.
   Anugerah Producers Guild itu penting menjelang penganugerahan Oscar (Academy Awards) pada 26 Februari. Ini karena 5.000 anggota dewan juri PGA adalah anggota Academy of Motion Picture Arts and Sciences yang menjadi juri Oscar.
   Selama empat tahun terakhir, film berproduser terbaik selalu meraih pula Oscar untuk kategori film terbaik, yaitu No Country For Old Men pada 2008, Slumdog Millionaire pada 2009, The Hurt Locker pada 2010 dan The King's Speech pada 2011.
   Film lain yang mendapatkan anugerah PGA Sabtu pekan lalu itu adalah Beats, Rhymes & Life: The Travels of a Tribe Called Quest" sebagai film dokumenter terbaik.  Film ini memotret perjalanan grup hip-hop berpengaruh A Tribe Called Quest.
   Angelina Jolie menerima anugerah Stanley Kramer untuk In the Land of Blood and Honey yang ditulis, disutradarai dan diproduserinya. Ini adalah penghargaan yang selayaknya atas kontribusinya untuk mengangkat masalah-masalah sosial yang provokatif.
   Aktris peraih Oscar ini menyampaikan pidato mengharukan dengan mengatakan saat film perang Schindler's List memenangkan PGA pada 1994 yang semasa dengan perang Bosnia, dunia malah membutakan dirinya atas kejahatan yang terjadi di Eropa Timur saat itu.
   Spielberg dianugerahi penghargaan David O. Selznick, sedangkan penulis buku komik legendaris Stan Lee menerima anugerah Vanguard yang diberikan oleh aktor Spider-Man Tobey Maguire.
   Kedua orang ini mendapat aplus meriah saat maju ke panggung.
   Sementara itu, Modern Family yang tayang di ABC dianugerahi sebagai komedi televisi terbaik untuk tahun kedua penayangannya, sementara Boardwalk Empire yang tayang di HBO memenangkan drama televisi terbaik.  Terakhir, drama Inggris Downton Abbey yang ditayangkan PBS menjadi serial berdurasi penjang terbaik. (kf1/ant)

Selasa, 31 Januari 2012

STP Bandung sosialisasi kesetaraan pekerja cacat

Suasana kegiatan EDP di STP Bandung
EDP (Opportunity Employment for Disability Person) adalah salah satu program yang dicanangkan oleh ILO (International Labour Organization) tentang kesetaraan peluang kerja bagi penyadang cacat khususnya pada bidang hospitality. Atas dasar hal tersebut maka Profesional Development Centre Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung  mengadakan sosialisasi kesetaraan kerja bagi anggota masyarakat yang memiliki keterbatasan fisik.
   Kegiatan sosialisasi ini merupakan hasil kerjasama antara ILO (International Labour Organization), HHRMA (Hotel Human Resources
Association), serta RBM (Revitalisasi Bersumberdaya Masyarakat) Kota Bandung. Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Selasa, 24 Januari 2012, dengan pembicara  Ms. Sara Park (ILO - Jakarta), Mrs. Eril S.A (The Dharmawangsa - Jakarta), dengan moderator Mr. Joko Haryono (praktisi Sumber Daya Manusia). Tema Acara adalah "Equal Job Opportunities for Disabled People in the Hospitality Industry". Diharapkan dari sosialisasi ini, peluang kerja bagi anggota masyarakat yang mempunyai keterbatasan fisik dapat terbuka lebar. Turut hadir dan mendukung acara ini antara-lain Ketua Revitalisasi Bersumberdaya Masyarakat Ibu. Dada Rosada serta Kadisnakertrans Kota Bandung. (tis)

Festival Film Purbalingga 2012 Digelar Sebulan


FESTIVAL Film Purbalingga adalah program festival tahunan Cinema Lovers Community (CLC) yang ditujukan untuk membangun kultur baru menonton film bagi masyarakat Purbalingga dan Banyumas Raya pada umumnya, serta sebagai ruang laboratorium pendidikan dengan film sebagai media penyampai.
 Festival Film Purbalingga (FFP) yang ada sejak 2007 ini menyuguhkan sekumpulan film pendek dan panjang dalam kemasan program Layar Tanjleb (tancap), Kompetisi Pelajar Banyumas Raya, Non-Kompetisi untuk Nasional, dan Program Khusus.
 Seperti tahun lalu, festival ini hendak digelar selama sebulan mulai 28 April hingga 26 Mei 2012. Program unggulan yang ditawarkan berupa Layar Tanjleb keliling desa di wilayah Banyumas Raya (Kabupaten Purbalingga, Banjarnegara, Cilacap, dan Banyumas).
 Direktur Festival Film Purbalingga Bowo Leksono memaparkan Program Layar Tanjleb ini merupakan pemutaran film dengan media layar tancap di suatu area yang mengundang publik luas untuk berpartisipasi. “Materi film yang hendak diputar adalah kompilasi film pendek dan film panjang atau film bioskop,” katanya.
 Kampanye film pendek pada masyarakat, terutama yang berada di pelosok, menurut Bowo, cukup efektif melalui pergelaran layar tanjleb. “Kenyataan ini memantapkan kami di festival tahun ini rangkaian roadshow kembali digelar. Keterlibatan masyarakat dari kalangan pemuda dimana layar dibentangkan menjadi penting mengantarkan tontonan alternatif ini,” tuturnya.
 Program Kompetisi masih menjadi program utama dalam menggairahkan dan memajukan para pembuat film pendek pelajar se-Banyumas Raya dengan kategori fiksi dan dokumenter. Bahkan tahun ini diperluas tidak hanya bagi pelajar setingkat SMA tapi juga SMP.
 Pada Program Non-Kompetisi, festival yang memasuki tahun keenam ini menerima materi film pendek kategori umum dari berbagai penjuru Nusantara. Program ini akan mengkurasi film-film yang masuk dan juga mengundang film-film milik komunitas atau individu untuk turut menyemarakkan festival.
 Ditambah beberapa program khusus seperti pentas seni, presentasi, diskusi, pameran, dan sebagainya yang merupakan satu rangkaian utuh Festival Film Purbalingga 2012. (kf1/rls)

Minggu, 29 Januari 2012

Bioskop Mandiri ala komunitas Pabrik Film Jogja


Tim produksi Pabrik Film untuk film 'Bisik dan Jendela' 
KOMUNITAS Pabrik Film di Yogyakarta menghadirkan Bioskop Mandiri khusus pecinta film pendek. Proyek bioskop secara nasi-onal ini akan dimulai saat Hari Valentine (Hari Kasih Sayang) tanggal 14 Februari 2012. Tentu ini akan menjadi alternatif kegiat-an hiburan bagi penonton film. 
   Menurut Jatmiko Kresnatama, selaku humas Pabrik Film dalam rilisnya yang diterima Kabar Film, bioskop  bukan satu-satunya tempat untuk  nonton film. Dengan harga tiket masuk yang lebih murah dan kualitas film yang tak kalah bagus, ada cara baru me-nonton sambil merayakan Valentine. “Bioskop Mandiri bentukan Pabrik Film ada di sekitar 15 kota di Indonesia,” ujar Jatmiko.
   Bioskop Mandiri merupakan sebutan untuk ruang pemutaran film-film pendek produksi Pabrik Film. Dengan mengusung tema Cinta di Balik Layar, Bioskop Mandiri akan memutarkan omnibus Valenti-ne ke kota-kota di Sumatera, Kalimantan, dan Jawa. 
   Omnibus  Valentine berisi 3 film pendek karya sutradara muda Indonesia. Ketiga film tersebut Tetap Sebuah Rahasia karya Pandhu Adjisurya, Bisik dan Jendela karya Edo R. Rahman, dan Beruang Kecil karya Jeihan Angga. Omnibus ini secara serentak akan diputar pada pekan pertama Valentine di ruang publik, pekan kedua Valentine diroadshow di SMA-SMA, dan pada minggu terakhir Februari diputar pada cafe-cafe sebagai perpanjangan program pemutaran Cinta di Balik Layar. 
   “Cinta di Balik Layar” sendiri terbentuk atas inisiatif dari 10 anak muda Yogyakarta, yang memiliki passion membuat film pendek berkualitas. Melalui Pabrik Film bentukan mereka, akhirnya pemutaran ini akan segera berjalan pada periode pertama dengan mengusung tema Valentine. “Setelah Valentine, akan ada pemutaran rutin film pendek produksi Pabrik Film di jaringan Bioskop Mandiri dengan tema yang berbeda pada setiap periodenya,” jelas Jatmiko.
Film  Bisik dan Jendela
   Proyek Pabrik Film dengan Bioskop Mandi-rinya merupakan bagian dari keresahan komu-nitas atas persoalan distribusi film pendek. “Menurut kami permasalahan utama dari film pendek adalah distribusi kepada para audiens yang ingin menonton karya mereka. Maka, tercetuslah ide untuk membuat organisasi yang mampu mengakomodasi proses pembuatan film pendek hingga mendistribusikan karya me-reka kepada audiens,” lanjut Jatmiko. 
   Jika dipandang dari sudut akademis, tentunya film pendek merupakan cerminan budaya pop anak muda jaman sekarang yang mengutamakan unsur alternatif dalam cita rasa pembuatan film pendek tersebut. 
   Walaupun memiliki rasa alternatif, film pendek bisa dinikmati setiap kalangan dan mempunyai potensi yang besar, dari segi para pembuatnya maupun penontonnya. Fakta di dapat di portal video seperti Youtube.com, dimana jumlah pembuat film pendek di Indonesia dalam jumlah yang cukup banyak dan hal ini selaras dengan banyaknya pula penonton yang memutar film tersebut.
   “Dari sini kami menyimpulkan ada peluang untuk mengembangkan film pendek. Untuk menonton sebuah film pendek berdurasi 8 – 10 menit di Youtube memerlukan waktu untuk buffering sekitar 10 – 12 menit, dan waktu yang terbilang “cukup panjang” untuk menunggu itu dihabiskan oleh ratusan bahkan ribuan orang. Mereka menonton, karena jumlah lembar komentar pun terisi dengan komentar yang beragam. Dari sinilah, kami semakin yakin banyak orang yang mencari film pendek, banyak orang yang ingin menonton film pendek”. 
   Meski masih memakai talent lokal dalam setiap filmnya, Pabrik Film berharap mampu memperkenalkan kualitas lokal ke ranah nasional. Hal tersebut juga dilakukan untuk melahirkan bintang baru dalam dunia perfilman tanah air. 
Pabrik Film menerapkan sistem pemutaran berbayar melalui Bioskop Mandiri dengan tujuan agar para pembuat film alternatif maupun para pemutar filmnya dapat hidup dari karya mereka. Penonton adalah potensi yang bisa digali dan diolah demi semangat mandiri yang diusung oleh Pabrik Film dan Bioskop Mandiri-nya. (kf1)

Bioskop asing sensitif, pemerintah fokus tata edar

Kepala Sinematek Indonesia Berthy Ibrahim, Menparekraf Marie L Pangestu,  
Dirjen NBSF Ukus Kuswara, dan Ketua GPBSI Djonny Sjafruddin di Sinematek 
PPHUI - Jakarta  baru-baru ini. (foto: dudutsp)
PEMERINTAH tidak punya rencana menge-luarkan bioskop dari Daftar Negatif Investasi (DNI). "Soal berita adanya bioskop mau dica-but dari DNI tidak ada tuh," kata Dirjen Nilai Budaya Seni dan Film Drs Ukus Kuswara M-M, saat dikonfirmasi Tabloid Kabar Film, tentang berita yang dilansir oleh sebuah media online, Jumat (27/1).
   Ia mengatakan, Direktorat Perfilman Kemen-parekraf sekarang sedang fokus memperbaiki masalah tata edar film. "Justru saat ini, kami sedang fokus memperbaiki soal tata edar film. Karena persoalan ini berawal dari peredaran film. Kalau peredaran film ini tertata rapih, kita tidak perlu investor asing," ungkap Ukus Kus-wara.
   Lalu ketika disinggung tentang akan masuk-nya bioskop asing ke Indonesia yang dikelola Lotte-Mart dari Korea, Ukus menyatakan, hal tersebut masih merupakan hal yang sensitif dan perlu didiskusikan. Menurutnya, pemerintah tidak mewacanakan hal itu karena saat ini masih ada investor dalam negeri yang berminat untuk mengembangkan bioskop.
   "Karena investor dalam negeri juga ada yang berminat. Cuma kita harus merapikan dulu soal aturan tata edar filmnya," tegas Ukus seraya mengatakan jika bioskop perlu ditambah dengan membuka investasi, maka investor lokal harus didahulukan untuk bisnis bioskop di Indonesia.
   "Yang penting, memang harus diutamakan adalah investor lokal yang bersedia dan siap mendirikan bioskop. Kan kalau bioskop banyak, film kita bisa tumbuh lebih baik peredarannya," tutur Ukus Kuswara.
   Sementara itu, Ketua Forum Penonton Film (FPF) Teguh Imam Suryadi menilai kehadiran bioskop asing tidak harus dilihat sebagai hal yang menakutkan karena Indonesia sudah masuk World Trade Organization (WTO), dimana hampir semua lini bersinergi dengan pihak asing.
   "Jadi kalau nanti bioskop asing seemena-mena, tinggal digebuk pakai undang-undang. Jadi, tidak ada alasan khawatir kita akan dijajah lagi oleh asing, apalagi cuma Korea. Tanpa bioskop asing pun, film kita sudah dijajah Hollywood. Justru kedatangan bioskop asing harus jadi momentum buat para produser-produser agar lebih berani membuat film-film yang menghibur dan mencerdaskan penonton," kata Imam.

Jadi sorotan DPR
Seperti diberitakan Okezone.com, pada Jumat (27/1) rencana Kementerian Pariwisata dan Industri Kreatif (Kemenparekraf) mengeluarkan bioskop dari daftar negatif investas (DNI) disorot oleh kalangan DPR.
   Seperti diungkapkan anggota Komisi X DPR Nurul Qomar, dari Fraksi Partai Demokrat, sebagai pihak yang bertugas mengawasi jalannya pemerintahan, dia mempertanyakan kebijakan pemerintah tersebut. Menurut Qomar,  dirinya akan mengonfirmasi rencana tersebut kepada menteri yang berasal dari partainya terkait rencana untuk mengeluarkan bioskop dari DNI.
   ”Saya berharap, semua pihak memberikan masukan mengenai pengaruh negatif masuknya bioskop asing,” kata Qomar di Jakarta.
   Masalahnya, Indonesia saat ini telah menjadi incaran negara-negara asing seperti Korea, untuk dijajah dengan produk-produk yang dihasilkan. Aneka strategi pun dijalankan. Mulai dari strategi pembuka jalan hingga strategi pencitraan untuk memperkokoh posisi produk Korea di Indonesia. (kf1)