Jumat, 31 Agustus 2012

'Admission' Sukses di Festival Film Perdamaian

SUTRADARA asal negeri paman Sam, Harry Kakatsakis sedang sumringah. Pasalnya, filmnya yang bertajuk Admission berjaya di ajang International Film Festival For Peace, Inspiration and Equality (IFFPIE). Film yang dibintangi aktor James Cromwell ini menjadi film terbaik di ajang yang berlangsung Kamis (30/8) malam di Blitz Megaplex Grand Indonesia, Jakarta.
   Sukses Kakatsakis bukan hanya sampai di situ. Admission juga sukses meraih kemenangan untuk kategori film pendek terbaik. Kategori lainnya yang ikut diperlombakan adalah film cerita terbaik, film pendek documenter hingga pendatang baru terbaik.
   “Kriteria utama dari pemenang di samping faktor teknis adalah kekuatan pesan yang disampaikan film yang bersangkutan,” ucap Sofia Koswara, Chairwoman World Peace Movement yang juga anggota dewan juri festival ini.
   Sofia menambahkan bahwa ajang yang digelar ini bukan sekadar festival film. “Lebih dari itu, ini sarana untuk membangunkan kembali kesadaran masyarakat akan pentingnya perdamaian,” lanjut Sofia. Dia juga berharap agar semua pihak hidup berdampingan secara damai, bersama-sama mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh umat manusia.
   Hal senada diaminkan oleh Damien Dematra, Founder and Director of  IFFPIE. “Kesadaran akan pentingnya perdamaian di kalangan masyarakat dunia patut diacungi jempol,” ucap Damien. Dia membandingkan dengan jumlah film peserta yang mencapai 500 judul dari berbagai negara.
   Pemenang dari festival film ini akan ditayangkan di bioskop, kampus, kedutaan besar, dan sekolah di Indonesia mulai 30 Agustus-30 September 2012. Selain itu juga akan digelar diskusi dengan aneka kelompok masyarakat terkait film pemenang IFFPIE sebagai lanjutan dari promosi perdamaian ini.
   “Kami, World Peace Movement terbuka untuk semua pihak yang akan bekerjasama mempromosikan perdamaian. Jika kita mencintai perdamaian maka kita harus melakukan aksi nyata untuk mewujudkannya,” tutur Sofia Koswara.

Hasil Lengkap Pemenang
1. Best International Short Film: Admission (Harry Kasatsakis, USA)
2. Best International Feature Film: Meherjaan (Rubaiyat Hossain, Bangladesh)
3. Best Documentary Short: A Balloon For Allah (Nefise Ozkal Lorentzen (Norwegia)
4. Best Documentary Feature: Little Town of Bethlehem (Jim Hanon, USA)
5. Best Newcomer: One Day After Peace (Miri Laufer-Erez Laufer, Israel)
6. Federico Fellini Award: Inal Beck Sherip, Rusia (film Last Time)
7. Best Film: Admission (Harry Kasatsakis, USA). (bobby)

Rabu, 29 Agustus 2012

Di film 'Air Mata Terakhir Bunda', Happy Salma jadi Sriyani


RUMAH produksi RK23 Pictures menggelar workshop persiapan produksi layar lebar Air Mata Terakhir Bunda (AMTB) yang terinspirasi oleh novel best seller karya Kirana Kejora yang sebelum satu tahun telah cetak ulang 6 kali.
   Menampilkan para bintang antara lain Happy Salma, Vino G Bastian dan Rizky Hanggono, film AMTB menyuguhkan pesan humanis tentang perjuangan seorang Ibu dalam menghantarkan anak-anaknya ke jenjang kesuksesan dengan berlatar belakang kota Sidoarjo yang maju dan modern namun kental dengan kearifan setempat.
  Salah satu karakter dalam film AMTB adalah sosok seorang Ibu,  single mother bernama ‘Sriyani’ yang diperankan oleh Happy Salma. Ibu ‘Sriyani’ merupakan sosok mulia yang berjiwa penuh pengorbanan dan perjuangan demi kesuksesan kedua anak laki-lakinya Iqbal (diperankan oleh Rizky Hanggono untuk peran dewasa) dan Delta (diperankan Vino G Bastian untuk peran dewasa).
  Dalam menyelami karakter sosok ‘Sriyani’ sebagai seorang Ibu yang tegar, pekerja keras, dan penuh cinta pada kedua anaknya, Happy Salma telah berkomitmen untuk menjalani program workshop pendalaman peran, langsung di lokasi target shooting yaitu di Sidoarjo.
   Selama tiga hari (9-11 Agustus) Happy Salma diprogram intens mengenal lingkungan dan kebiasaan warga setempat serta berusaha meraih chemistry dengan pemeran  kedua anaknya Iqbal dan Delta untuk versi anak dan remaja, yang semuanya merupakan bakat bersinar hasil local casting di Sidoarjo satu bulan silam.
  “Secara cerita, saya jatuh hati dengan sosok Sriyani. “Ibunda saya pun seorang pekerja keras, dan membesarkan Saya dan saudara – saudara dengan ketekunan dan ‘endurance’ yang luar biasa. Pertama kali Saya membaca scene plot, Saya seperti bisa merasakan kekuatan yang dulu diperlihatkan oleh Ibu.”
  “Peran-peran berkarakter kuat memang selalu saya cari, sebagai bentuk prinsip Saya ketika berkarya. Jadi, setiap menerima tantangan karakter tertentu, saya pun memberikan totalitas penuh. Ini merupakan bentuk keseriusan saya berada di ranah industri layar lebar”, tambah Happy Salma antusias.
  “Saya ingin belajar dialek Sidoarjo yang khas; Saya juga betul - betul harus sanggup memasak lontong kupang, naik sepeda kuno, dan tantangan lain,  supaya Sriyani ‘hidup’ dalam diri Saya” papar Happy Salma.
  Antusias Happy Salma tersebut tentunya disambut gembira sang sutradara, Endri Pelita. “Sebagai sutradara, salah satu agenda saya dengan para pemain adalah agar mereka menerima peran dengan rasa cinta dan pemahaman, sehingga  mampu menghidupkan karakter yang diperankan. Keseriusan Happy dalam mendalami karakter ‘Sriyani’ pun sangat saya hargai karena ini menunjukkan kelas seorang Happy Salma. Semakin banyak pemain yang mau berkorban untuk serius dalam mendalami perannya, semakin dekat langkah masyarakat  film untuk menghasilkan yang terbaik buat masyarakat”, terang Endri Pelita. (rel/tis)

Damien Dematra gelar Festival Film Perdamaian

Damien Dematra berbicara diantara panitia IFFPIE (foto: dudut sp)
SEKITAR 500 film dari berbagai negara berpartisipasi dalam "Festival Film untuk Perdamaian", suatu kompetisi film internasional yang mengangkat tema-tema perdamaian dan persamaan serta menggugah inspirasi. Namun Indonesia tidak berselera menyertakan filmnya di ajang yang baru pertamakalinya digelar ini.
   "Peminatnya dahsyat, sekitar 500 film dari seluruh dunia, tapi sayangnya tidak ada satupun yang dari Indonesia," kata pendiri dan Direktur International Film Festival for Peace, Inspiration, and Equality (IFFPIE) Damien Dematra, Selasa (28/8) di Jakarta.
   Film-film itu di antaranya dibintangi para nominee piala Oscar seperti James Cromwell, Julian Sands, dan David Anders yang dikenal dalam film 24, Alias dan Once Upon a Time, yang dalam festival ini mereka bermain dalam film Admission dan The Maiden and the Princess.
   "Ternyata film-film perdamaian banyak yang berkisar perang di Israel-Palestina, sebagian ada juga soal isu-isu lokal di berbagai negara seperti di Bolivia atau Senegal," katanya.
   Sebanyak 92 film yang terpilih di antara ratusan film itu sebagian besar akan diputar di sejumlah bioskop, perguruan tinggi, sekolah dan kedutaan besar di Indonesia selama sebulan (30 Agustus-30 September 2012).
   "Tiga film pemenang akan diputar di Blitz Megaplex, Grand Indonesia pada 30 Agustus dalam malam pemberian apresiasi dan penghargaan kepada film-film pilihan kami," kata Damien yang menjadi juri di ajang ini dan dikenal sebagai sutradara yang banyak memenangkan penghargaan internasional.
   Selain pemberian penghargaan Award of Excellence dan Honorable Mention kepada para pemenang, para juri juga memilih beberapa insan film yang mendapat Special Jury Award antara lain David Anders dan Julian Sands (pemain utama The Maiden and The Princess), James Cromwell (pemain utama Admission).
   Juga Levi Chen (sutradara Dalai Mongol) Jim Hanon (sutradara Little Town of Betlehem), Nefise Ozkal Lorentzen (sutradara A Balloon for Allah), Satoshi Hirayama (sutradara Heart Sutra), John Viscount (penulis Admission) dan Rubaiyat Hossain (sutradara Meherjaan).
   Acara yang digagas Damien bekerja sama dengan World Peace Movement (WPM) pimpinan Sofia Koswara itu untuk memperingati Hari Perdamaian Internasional pada 21 September 2012 dan dalam rangka mempromosikan perdamaian.
   "Kami berharap tahun depan film-film Indonesia ikut dalam ajang ini, sehingga akan semakin memacu kreativitas masyarakat kita untuk membuat film-film berkualitas," katanya.
   Selain pemutaran film, digelar juga diskusi film perdamaian dengan pembicara para pembuat film terpilih dari AS, India, Inggris, Jepang hingga Singapura. (kf1)