Sabtu, 13 Oktober 2012

FLAN 2012 mencari pencipta lagu anak-anak

APA judul lagu anak-anak yang saat ini sedang hits? Jangankan lagunya, penyanyinya pun sulit ditemukan. Tetapi, kalau lagu orang dewasa yang dinyanyikan oleh anak-anak, sangat banyak. Ironisnya sejak era penyanyi anak-anak Sherina Munaf dengan lagu-lagu yang bergizi, hingga saat ini tak ada lagu dan penyanyi anak yang menyeruak di belantara industri musik tanah air. Kepriharinan atas perkembangan lagu anak Indonesia ini, termasuk lagu yang jauh dari nilai-nilai edukasi ditanggapi oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI dengan menggelar Festival Lagu Anak Nusantara 2012. 
   Wakil Menteri bidang Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI Prof Ir Wiendu Nuryati MArch PhD mengatakan, setelah sekian lama menimbang bahwa perkembangan lagu anak mengalami kemandekan, akhirnya Kemdikbud menggagas acara itu.
   Wiendu menyadari kualitas vokal dan teknik penyanyi anak-anak sangat banyak dan baik. ”Sayangnya, hal itu tidak diimbangi oleh perkembangan lagu anak-anak yang edukatif dan menghibur dan sesuai dengan usia anak-anak,” kata dia di Jakarta, baru-baru ini.
   Yang ada saat ini, menurutnya, anak-anak menyanyikan lagu orang dewasa. Yang lebih memprihatinkan, lanjutnya, dalam banyak lomba menyanyi di berbagai televisi swasta, anak-anak dipilihkan lagu orang dewasa dengan cara menyanyi seperti orang dewasa, termasuk cara berdandannya.
   Berangkat dari keprihatinan itulah, panitia yang dipimpim Direktur Pembinaan Kesenian dan Perfilman Kemendikbud Drs Sulistyo Tirtokusumo bersama pemerhati musik Bens Leo akhirnya mematangkan Festival Lagu Anak Nusantara 2012.
   Menurut Bens Leo, pengamat musik yang juga Ketua Pelaksana Festival Lagu Anak Nusantara 2012, acara dalam festival ini meliputi lomba penyanyi anak, bazaar seni budaya dan mainan anak, panggung apresiasi seni anak, diskusi musik dan mainan anak, juga klinik pelatihan musik anak.

Belajar Sportivitas
Dalam ajang itu, lagu anak bisa berbahasa Indonesia bisa juga berbahasa daerah. Untuk itu, panitia menyediakan hadiah yang totalnya Rp 225 juta untuk pemenang 10 lagu terbaik. Hadiah tertinggi Rp 25 juta dan terendah Rp 5 juta.
   Trie Utami yang akan menjadi juri dalam grand final lomba cipta lagu anak dan lomba penyanyi anak mengatakan, ajang semacam ini sangat baik untuk membentuk kualitas dan profesionalitas anak dari dini.    
   ”Karena anak-anak bisa belajar arti sportivitas sekaligus memupuk bakat dan bersosialisasi dengan kawan seumuran,” katanya.
   Selain Trie Utami, nama lain yang dilibatkan sebagai juri pada babak penyisihan hingga grand final adalah Erwin Prasetya, Naniel Yaqin, Bens Leo, Gideon Momongan, Dian HP, Elsa Segar, Purwa Caraka, dan Sinta Priwit. Adapun Dwiki Dharmawan, Chica Koeswoyo, Ucie Nurul, Kak Seto, dan Ati Ganda akan bertindak sebagai pemberi materi pada klinik musik.
   Grand final akan digelar Jumat (30/11) di Tennis Indoor Senayan Jakarta dengan melibatkan sejumlah penampil seperti Super 7 dan Perkusi Anak Gilang Ramadhan Music School. Untuk informasi lengkap, peminat bisa mengecek langsung di laman www.festivallaguanaknusantara.com. (kf1)

Jumat, 12 Oktober 2012

Pemerintah sewa hak tayang sejumlah film nasional

Drs Sulistyo Tirtokusumo MM
PEMERINTAH akan menyewa hak tayang  film produksi nasional. Untuk itu, dari 9 Oktober hingga 24 November 2012 dilakukan seleksi terhadap film-film yang sudah diproduksi pada tahun 1980-2011. Sebanyak 20 judul film yang lolos berdasarkan kriteria yang telah ditentukan akan ditayangkan selama satu tahun ke seluruh pelosok tanah air melalui bioskop rakyat, mobil keliling dan sekolah.
   Demikian pernyataan dalam konperensi pers berjudul “Fasilitasi Pembelian Film Right” di ruang Graha 1, Lantai 2, gedung Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Selasa 9 Oktober yang diberikan oleh Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan  Wiendu Nuryanti dan Direktur Pembinaan Kesenian dan Perfilman Kemendikbud Sulistyo Tirtokusumo.
   Sewa hak tayang film ini bertujuan untuk mewujudkan pembangunan ekonomi perfilman maupun pengembangan karakter bangsa. Selain itu juga mendorong munculnya bentuk-bentuk baru akses pemutaran film seperti bioskop rakyat dan mobil keliling.
   Sewa hak tayang film ini ini akan memperluas kesempatan masyarakat mengakses pertunjukan film nasional. Bagi para sineas nasional, program ini pun merupakan bentuk apresiasi pemerintah terhadap film karya anak bangsa yang memiliki nilai pembangunan karakter bangsa.
   “Ini bentuk apresiasi dari pemerintah kepada para sineas. Program ini juga akan meningkatkan pemahaman dan apresiasi masyarakat terhadap film yang diproduksi sineas Indonesia” tutur  Wiendu Nuryanti.  “Film sebagai hasil dan cerminan budaya perlu difahami bukan hanya sebagai komoditi ekonomi tetapi harus dipahami pula fungsinya sebagai sarana penerangan, pendidikan dan hiburan,” tutur Wiendu lagi.
   Untuk menentukan film-film nasional yang akan ditayangkan ke seluruh pelosok tanah air, pemerintah terlebih dahulu akan melakukan seleksi terhadap film yang telah lulus Lembaga Sensor Film (LSF).  Pemilihan judul film ini dilakukan oleh  tim ahli yang berjumlah 13 orang. Mereka terdiri dari ahli perfilman, ahli kebudayaan, dan ahli pendidikan.
   Film-film tersebut diseleksi berdasarkan kriteria antara lain yang mengandung 18 nilai-nilai pendidikan karakter.  Nilai-nilai tersebut adalah  religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial dan tanggung jawab.
   “Semua kriteria itu ditentukan dalam rangka mencerdaskan bangsa serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia,” kata Sulistyo Tirtokusumo. Untuk tahun ini sudah ada 60 judul film yang dijaring oleh panitia. Film-film tersebut kemudian diseleksi berdasarkan kriteria dan kelak yang akan lolos hanya 30 judul film. Itu pun masih akan di saring lagi hingga tinggal 20 judul film. “Film yang sudah lolos saringan inilah yang akan disewa hak tayangnya dan akan ditayangkan melalui sinema keliling dan bioskop rakyat,” kata Sulistyo.
   Kegiatan ini merupakan salah satu dari rangkaian kegiatan perfilman yang dilakukan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Secara beruntun dalam seminggu terakhir ini beberapa acara lain sedang dan siap dilaksanakan, antara lain: ajang Apresiasi Film Nasional, Jambore Film Pendek, dan lomba penulisan skenario, di samping rencana pembenahan Lembaga Sensor Film yang berupa pengetatan penyensoran dan pengurangan tenaga penyensor.
   Seperti diketahui, kegiatan perfilman sekarang dikelola oleh dua kementerian, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengelola sisi pengarsipan dan apresiasi film, sementara Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mengelola sisi industrinya. (kf1)

Lewat Jambore, Kemendikbud wadahi sineas film indie

Leony dan Deddy Mizwar (foto: sutrisno buyil)
WAKIL Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Wamendikbud) Wiendu Nuryanti mengatakan pemerintah bersama komunitas film di Tanah Air berkeinginan melawan arus gelombang film-film Asia terutama dari Korea Selatan, dengan mendorong film-film pendek karya sineas Indonesia untuk masuk ke kancah Internasional.
   "Saya sebagai garda depan untuk menggelontorkan gelombang Indonesia ke kancah Internasional, karena potensi film pendek ini luar biasa," kata Wiendu dalam penjelasan Jambore Film Pendek, 21-27 November 2012 di Gedung Kemdikbud Jakarta, Kamis.
   Wamendikbud yang didampingi aktor Deddy Mizwar, panitia jambore film pendek Riza Pahlevi, dan sutradara film pendek Leony Vitria Hartati mengatakan film pendek bisa menjadi alat penetrasi, untuk memasukkan gelombang Indonesia ke dunia Internasional.
   "Dukungan dan fasilitasi produksi film pendek berkarakter kebangsaan oleh pemerintah ini diharapkan mampu merangsang seluruh insan perfilman untuk menghasilkan karya-karya berkualitas. Melalui fasilitasi produksi film pendek ini, Kemdikbud menginginkan film Indonesia lebih berprestasi di tingkat nasional maupun internasional," katanya.
   Wiendu Nuryanti mengatakan film pendek memiliki posisi yang sangat strategis. Pertama, adalah mengekspresikan kreativitas dan mengekspresikan kekuatan seni budaya dari kalangan para sineas muda. Kedua, film pendek mempunyai peran yang sangat efektif untuk bisa menjadi inspirasi di dalam pembangunan karakter. Itulah yang melatarbelakangi mengapa film pendek menjadi program yang diprioritaskan di lingkungan kebudayaan.
   Film pendek tentu strategis mulai dari penguatan dari sektor kreativitas/hulunya, sampai dengan hilir. Banyak cara untuk menghidupkan mata rantai, terutama yang menjadi tanggung jawab langsung dari kebudayaan adalah pada saat memperkuat hulunya.
   "Jadi bagaimana supaya film pendek itu memiliki kualitas yang benar-benar bisa dipertanggungjawabkan, kita akan memasuki era baru film pendek yang kreatif dan berkualitas," tutur Wiendu
   Jambore film pendek ini untuk mempertemukan para komunitas film pendek, sehingga bisa berinteraksi, saling berkompetisi secara tidak langsung, dan bisa belajar satu sama lain. Jambore Film Pendek juga akan memfasilitasi produksi film mereka.
   Sementara itu, Leony Vitria Hartati, yang dulu dikenal sebagai penyanyi cilik, kini merambah dunia seni akting dengan tampil di sinetron dan layar lebar mengatakan bahwa membuat film pendek sebenarnya lebih gampang.
   "Kita juga lebih bebas berekspresi dan tidak harus selalu dengan biaya mahal. Selama tahu tekniknya maka peralatan yang sederhana pun bisa digunakan untuk membuat film, termasuk dengan menggunakan ponsel," kata dia.
   Dengan adanya jambore film pendek ini, lanjut Leony, memberi kesempatan masyarakat untuk belajar. Masyarakat pasti bisa dengan mengikuti workshop dulu. Dengan modal kecil, mereka pasti akan tertarik membuat film pendek.
   Sementara itu, Deddy Mizwar mengatakan pembuatan film pendek atau indie saat ini banyak dilakukan kalangan sineas muda. Ada ribuan, bahkan jutaan karya film pendek di Indonesia. Sebagian karya mendapatkan panggung apresiasi dari beberapa penyelenggaraan festival film independen maupun festival film indie.
   Namun, kata dia, tidak semua karya sineas independen bisa manggung di festival dan dinikmati masyarakat luas, karena masalah mutu, kualitas, dan mungkin tema yang tidak sesuai dengan nilai-nilai daerah dan kebangsaan. (kf1)