Jumat, 14 September 2012

Okeshop buka gerai BlackBerry pertama di Bandung

Direktur Riset Pemasaran RIM Eka Anwar (kiri) dan Direktur Retail
PT Trikomsel Oke Evy Soenarjo menggunting pita peresmian gerai
Okeshop BlackBerry di Bandung Electromic Centre, Kamis (13/9)
JARINGAN retail telepon genggam Okeshop membuka gerai BlackBerry Lifestyle Store pertamanya di Bandung. Okeshop memilih Bandung Electronic Centre (BEC) yang memang menjadi gudang elektronik di kota Kembang tersebut sebagai lokasi gerainya. Direktur Retail PT Trikomsel Oke Evy Soenarjo mengatakan berbekal kepercayaan dari PT Research In Motion (RIM), Oksehop berusaha melebarkan sayap dengan membuka jaringan lebih luas.
   "Kami yakin jaringan retail gadget dan telekomunikasi terbesar dari Trikomsel ini percaya bahwa BlackBerry Life Style Store BEC mampu memenuhi animo pasar yang semakin tinggi akan kebutuhan teknologi," katanya di BEC, Jalan Purnawarman Bandung, Kamis (13/9).
   Gerai yang berada di lantai UG Unit A03 ini, BlackBerry Lifestyle Store Okeshop di BEC, bukan hanya saja memiliki produk smartphone dan tablet BlackBerry bergaransi resmi. Tapi dilengkapi juga dengan aksesoris dan fasilitas live demo unit yang lengkap serta petugas terlatih untuk memberikan pelayanan optimal.
   "Jadi kami yakin konsumen akan mendapatkan pengalaman menarik dalam merasakan dan menjelajahi seluruh fitur unggulan yang ada pada produk BlackBerry," imbuhnya.
   Digerai ini dilengkapi BlackBerry Expert Centre, sehingga menyediakan layanan purna jual kepada pelanggan yang membeli smartphone BlackBerry resmi. Sebagai komitmen Okeshop, lingkungan bersih dan menarik akan terasa bagi siapa saja yang hendak mencoba dan membeli produk dan layanan BlackBerry. "Pelayanan prima akan kami selalu berikan bagi pengunjung di Bandung," ujarnya.
   Sementara Direktur Riset Pemasaran RIM Eka Anwar mengaku dengan dibukanya BlackBerry Lifestyle Store Okeshop di BEC dimaksudkan bukan hanya untuk memberikan akses mudah serta layanan yang lebih baik kepada konsumen di Bandung, tapi ini adalah bagian komitmen dari RIM yang berusaha memberikan layanan prima bagi pecinta BlackBerry.
   "Sekarang untuk mendapatkan BlackBerry di gerai Okeshop, ga usah jauh-jauh ke Jakarta, karena di Bandung juga ada," paparnya.
   Menurutnya pembukaan BlackBerry Lifestyle Store Okeshop di Bandung ini sejalan dengan strategi RIM untuk menyediakan akses pengalaman BlackBerry bagi pelanggan di Indonesia.
   "RIM ingin membangun ekosistem BlackBerry yang kuat di seluruh Indonesia yang dapat mendorong kemakmuran ekonomi bagi negara," tandasnya. (kf1)

Rabu, 12 September 2012

Menikmati lagu tak populer konser 'Tembang Harmoni'

Renny Djadjoesman, Andy /rif dan Iwa K membawakan tembang
'Merah Putih' karya Gombloh di Konser Tembang Harmoni, Arena PRJ.
Foto: Dudut Suhendra Putra
GEMURUH  tata suara racikan orkestrasi konduktor Addie MS menyatu padu dengan semburat api di latar depan panggung konser Tembang Harmoni di Hall D Pekan Raya Jakarta, pada Selasa 11 September 2012. Di layar utama panggung diputar film ilustrasi menyiratkan adegan kerusuhan disertai kebakaran. Aksi teaterikal sejumlah penari  merangsek arah panggung dari barisan kursi penonton. Musik, teater, video dan tari tersebut adalah bentuk ‘multimedia’ yang ditawarkan Renny Djajoesman Enterprise (RDE) di hari pertama itu.
   Sejumlah penyanyi bakal membawakan 20 lagu, dimana lebih dari separuh dari seluruh lagu adalah ciptaan SBY (Soesilo Bambang Yudhoyono) yang tak lain Presiden Republik Indonesia.  Inilah pentas musik terbesar anak bangsa, dari sisi penampil.
   Sandy Sondoro dan Dira Sugandi membuka konser malam itu dengan tembang Save Our Planet (SBY). Sebuah tembang tentang kegetiran dan harapan akan perbaikan dunia. Usai jeda sejenak, Eka Deli menyambung dengan lagu Tanah Air ciptaan Ibu Soed. Pada lagu ini, dua kamera jimmy jib bergerak perlahan mengikuti alunan irama music yang khidmat.
   Terdapat tujuh buah layar (1 di tengah panggung, 2 di sisi kiri dan kanan, ditambah 2 monitor di atas kiri dan kanan panggung). Banyak yang hendak disampaikan dari konsep agung pergelaran ini. Panggung melebar ke kanan dan kiri  sangat eksotis. Namun, fokus mata ke panggung utama sebenarnya sudah cukup proporsional. Maka ketika muncul penari di sisi kiri panggung, penonton nyaris tak menggubris. “Oh ternyata ada orang di panggung kiri dan kanan”. Bahkan, sempat wajah Ratna Listy sebagai MC-pun tak tertangkap kamera.
   Lagu selanjutnya Indonesia Jaya dibawakan oleh Joy Tobing dengan teknik vocal khas, namun suaranya terlalu ‘rapat’ dengan orchestra.  Mungkin hal tersebut karena tata suara belum tune-in. Ini bisa dimaklumi.    
   Namun, pada lagu berikutnya, Bersatu dan Maju ternyata suara Joy tidak juga mampu melampaui iringan orchestra yang didukung Gita Wiryawan pada piano dan Dwiki Dharmawan pada kibor.
   Rentetan lagu-lagu pun bergantian dibawakan oleh para pengisi acara secara solo, duet maupun trio seperti  Dharma Oratmangun, Ebiet G Ade, Andy Rif, duet abadi Harvey Malaiholo dan Rafika Duri, Cici Paramida, Renny Djajoesman, Iwa K, Brothers & Co, Vidi Aldiano, Rio Febrian dan Linda Sitinjak, Berlian Hutahuruk,Yuyun Arfah, Lala Kamelia, dan Afghan.
   Secara khusus Ireng Maulana (gitar), Kibod Maula (gitar) dan Yockie Suryo Prayogo (piano) mengemas  apik instumentalia lagu berjudul Untukmu Anak Manis karya SBY. Yang agak berbeda, ternyata ada penampilan Cici Paramida pada lagu Rinduku Padamu berirama dangdut. Jika dangdut dianggap untuk mewakili jenis musik selain pop, seharusnya ada penampilan lagu keroncong. Ah, tapi ya sudahlah..
  Keseluhan konser yang berlangsung hampir 2 jam ini seperti ingin  membuktikan, Indonesia memiliki para kampiun musik. Dan, itu tidak keliru. Hampir semua jagoan musik malam itu tumplek di panggung. Sebut saja biolis Idris Sardi, aranjer Singgih Sanjaya, drummer Jimmy Manopo, gitaris Bartje van Houten, Purwacaraka, Andi Rianto, Audiensi Band,  Indra Perkasa, Fariz RM,  Dian HP,  Onie Krisnerwinto, Iwan Hasan, Barry Likumahua, Tohpati, Korem Sihombing, dan Glen Dauna.  
   Dari hampir seluruh rangkaian lagu yang dipentaskan, hanya beberapa lagu yang diapresiasi penonton dengan cara bersenandung. Selebihnya, penonton menyimak tembang-tembang tak populer. (kf)

Selasa, 11 September 2012

Catherine Keng: Kami ingin menjadi yang terbaik

Catherine Keng
Corporate secretary Cineplex 21
JARINGAN usaha bioskop Cineplex 21 memasuki  usia seperempat abad pada 21 Agustus 2012. Persiapan acara ulangtahun dilakukan secara internal maupun eksternal bioskop yang kini memiliki 628 layar itu.  Berikut ini wawancara Tabloid Kabar FILM dengan Catherine Keng selaku corporate secretary Cineplex 21 di Pisa Kafe, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (9/8) malam:
Kapan dan apa saja acara HUT ke-25 Cineplex 21?
Sebenarnya tanggal 21 Agustus, tapi karena tanggal itu bertepatan dengan Hari Raya Idul Filtri, kita ambil tanggal 21 di bulan September 2012. Beberapa kegiatan secara internal sudah kami lakukan, antaranya pemberian apresiasi kepada karyawan yang sudah bekerja selama lebih dari 20 tahun yang diadakan 21 September.  Selain itu, ada kegiatan eksternal yang sudah kita jalankan 3 kali dan setiap minggu yaitu nonton bersama anak yatim, penderita kanker, dan anak-anak cacat. Ini dilakukan sepanjang tahun.
Apa makna 25 tahun bagi usaha bioskop Cineplex 21?
Usia 25 itu ibaratnya seperti orang yang sudah dewasa. Sudah tidak lagi memikirkan diri sendiri, tapi sudah harus memikirkan lingkungan dan sesama. Kita mulai dengan melakukan beberapa kegiatan sosial.  Yang jelas 21 akan terus mulai melakukan kepedulian soasial . Jadi apa yang kita dapat dari Indonesia akan kita kembalikan kepada masyarakat Indonesia. Tema ulangtahun kali ini lebih kepada ‘Terimakasih Indonesia’
Apa rencana ke depannya?
Kami terus berusaha menjadi yang terbaik di bidang ini, tidak hanya dalam skala nasional tetapi juga mendunia.  Jadi bagaimana caranya?  Karena kami adalah eksibitor atau wadah. Jadi, kami harus memastikan beberapa hal seperti, mutu gambar yang bagus, suara yang bagus. Orang datang kan ingin suasana yang enak, bersih. Dan untuk pelayanan kami juga berusaha mengikuti hotel bintang lima, dengan pelayanan yang bagus.
Pengaruh situasi penonton sekarang?
Jika ada yang mengatakan jumlah penonton menurun, saya justru tidak sependapat. Menurut saya jumlah penonton standar. Tetapi mengapa bisa standar, karena sudah banyak media sarana menonton. Contoh, orang bisa nonton dari firtsmedia, indovision, dvd baik bajakan maupun original, youtube, dan lain-lain. Termasuk juga televisi. Jadi kemudahan mengakses film dunia sekarang dapat dilakukan oleh banyak orang.
Bagaimana menarik orang datang ke bioskop?
Sebagai pengelola bioskop sekarang ini, saya kira adalah bagaimana menarik penonton agar mau datang ke bioskop. Pertama, harga tidak boleh terlalu mahal. Ini adalah salah satu komitmen kami. Dengan harga yang tidak terlalu mahal dan terjangkau kami tetap berikan fasilitas dan pelayanan yang baik. Kalau tidak, orang kan lebih baik nonton di rumah. Jauh-jauh dan kena macet, kan penonton ingin pelayanan dan fasilitas yang nyaman dan aman. Kami akan memfokuskan pada  pemberian  fasilitas menonton yang terbaik. Tentu saja, kualitas film sangat menentukan keinginan orang ke bioskop
Akan dibuka di Indonesia timur?
Kami sudah ada rencana pengembangan ke kawasan Indonesia Timur, termasuk penambahan ke daerah Cirebon, dan Bali.
Bagaimana dengan teater IMAX sendiri?
Setelah kami membuka teater IMAX di Gandaria City beberapa bulan lalu, tahun ini kami juga berencana membuka IMAX di dua tempat lain di Jakarta. Karena demand penonton cukup signifikan untuk menonton di teater IMAX.
Bioskop Cineplex 21 terlalu pro film impor?
Sebagai sinema operator, kami berharap baik dari  film nasional maupun internasional ada film yang bisa menarik penonton.  Memang banyak yang mengkonotasikan kami lebih pro film impor, kebetulan karena salah satu anak perusahaan kami adalah importir. Tetapi itu tidak benar.  Tetapi bagi kami, yang terpenting adalah film tersebut dapat menarik penonton, jadi tidak harus film Indonesia atau luar negeri. Semua yang bagus-bagus saja.
Apa tanggapan Anda tentang wacana wajib tayang sepekan film nasional?
Saya persisnya secara programing belum bisa berkomentar banyak. Tapi selama ini secara jumlah tayang yang diberikan sekarang, itu sudah disetujui produser. Jadi apapun yang sudah ditayangkan, taruhlah jumlah layarnya berapa, tapi minimal setahu saya film nasional itu 80-100 itu pasti. Dan tentu produsernya akan butuh jadwal dong. Dari kami akan berusaha mengatur, karena dalam sepekan ada minimal 2 (dua) film nasional. Di luar itu ada film lain. Nah, bagaimana untuk mengaturnya, butuh strategi technical. Ini juga menjadi kebijakan kami.  Setiap hari ada film yang bagus, dan ada yang prestasinya kurang. Kalau misalnya ada film nasional yang sudah 5 hari tayang, lalu ada film impor yang masih doing well misalnya sejak 2 minggu, maka kami tetap pertahankan film nasional untuk tayang. (kf)