Rabu, 15 Agustus 2012

Apresiasi pers terhadap film nasional meningkat


MEDIA  massa memiliki peranan penting dalam membantu perkembangan film nasional. Salah satunya dalam soal apresiasi. Belakangan ini, apresiasi media massa kepada film nasional sudah jauh lebih tinggi ketimbang di masa lalu. Hal tersebut diungkapkan produser Erwin Arnada saat dikontak beberapa waktu lalu.
“Apresiasi media terhadap film nasional jauh lebih tinggi dibanding 5-10 tahun silam,” ungkap  sutradara film Rumah di Seribu Ombak ini. Dia juga melihat bahwa media yang ada pada saat ini lebih mudah untuk memperdalam pemahaman dan apresiasi film berkat kemajuan teknologi.
Lebih jauh, Erwin merasa lega lantaran saat ini banyak media yang khusus membahas film bermunculan beberapa tahun belakangan. Menurutnya ini menjadi pertanda hadirnya optimisme dalam mengantisipasi perkembangan di blantika film nasional.
“Saya dan teman-teman bersyukur dengan semakin banyaknya media semacam ini. Kan bisa ikut meningkatkan atensi penonton. Bagi kita ini bisa menjadi sumber kritik dan sumber pemahaman baru,” jelas Erwin lagi.
Selain apresiasi dari media, Erwin juga melihat banyaknya acara penghargaan film yang muncul belakangan ini juga turut membantu.
“Paling tidak, spirit untuk membuat karya yang baik sih,” tuturnya lagi.
Menurutnya, spirit ini penting untuk memperkuat posisi Indonesia di mata mancanegara. “Meskipun banyak karya (sineas Indonesia) yang sudah diakui di dunia internasional lewat menang di festival, saya belum bilang posisi kita kuat. Sama Thailand saja ketinggalan,” demikian Erwin. (bb)

Produser sambut positif era film digital

KEMAJUAN teknologi muncul di segala bidang. Demikian pula dengan yang sedang terjadi di bioskop tanah air. Proses digitalisasi film yang hadir belakangan ini patut ditanggapi positif. Hal tersebut diungkapkan produser Sheila Timothy saat dikontak akhir pekan lalu Minggu (12/8).
   “Digitalisasi itukan hanya bagian dari perkembangan teknologi,” demikian ungkap pembuat film Pintu Terlarang ini. “Manusia akan selalu mencari piranti yang semakin mudah dan murah.”
Lala, demikian sapaan akrabnya, melihat bahwa hal ini juga seiring perkembangan industri film. Digitalisasi merupakan dampak dari kemajuan teknologi. “Di sana ada kemudahan, kita bisa lebih akurat dan efisiensi juga,” ujarnya.
   “Digitalisasi ini banyak berpengaruh untuk kita, terutama pada biaya produksi yang semakin ekonomis,” lanjut Lala.
   Namun, dia mengingatkan, jika prosesnya tidak dilakukan dengan standar yang benar kualitas filmnya malah terancam buruk. Pasalnya, dengan semakin murahnya proses produksi film tanpa filter serta pengawasan mutu (quality control) yang benar bisa membuat industri film kita semakin terpuruk.
   “Semakin gampang dan murah membuat film, kuantitas makin bertambah. Sementara jumlah layar dan distribusi masih saja terbatas,” keluh pemilik rumah produksi Lifelike Pictures ini.
   Lala melanjutkan bahwa digitalisasi, baik dalam hal produksi maupun medium distribusi, masih merupakan hal baru di negeri ini. “Kita masih harus belajar lagi. Belajar menghasilkan produk seni yang baik dan bisa dipertanggungjawabkan mutunya,” tukasnya.
   Sejauhmana kelebihan dari hadirnya teknologi digital ini? Lala sempat berbagi kiat. “Dalam proses produksi, kita bisa irit di bahan baku. Namun dalam proses produksi supaya hasilnya maksimal, ada juga pengaruhnya tapi tidak banyak,” seloroh Lala.
   Di sektor distribusi, Lala mengaku menggunakan DCP (digital cinema package) karena lebih irit. “DCP itu sistemnya seperti USB, jadi bisa digunakan untuk film lain dengan cara diformat. Dengan DCP asalkan kita bisa sediakan materinya paing tidak 1 bulan di muka, maka kita bisa irit DCP,” lanjut lala lagi.  
  Ditambahkannya, 1 unit DCP ini bisa dipakai untuk beberapa bioskop. “Kita hanya perlu menyediakan kunci atau KDM per projector.”
   Berapa persisnya total biaya yang bisa dihemat? “Ya, sekitar 30 persenan deh. Untuk semua proses dari produksi hingga distribusi,” demikian resep yang dibagikan Lala.

Respon Positif  
Hal senada juga diungkapkan aktor, produser dan sutradara Deddy Mizwar. “Itu harus ditanggapi positif. Kalau tidak kita bisa tergilas,” komentarnya singkat.
   Pemeran tokoh Naga Bonar ini menyebutkan bahwa apa yang terjadi sekarang ini memang tidak terhindarkan lagi. Perkembangan yang ada sekarang sudah menuju ke arah sana.
  “Bahkan mungkin di negeri paman Sam masih terus berkembang. Entah mungkin nanti langsung melalui satelit, kita tak tahu juga,” ujar Deddy pasrah. (bobby)