Jumat, 09 Maret 2012

PAMERAN FOTO JURNALISTIK HARI FILM 2012


                                    PANITIA PAMERAN FOTO JURNALISTIK “AKU CINTA FILM INDONESIA”

Kepada Yth Rekan-rekan wartawan/ mantan wartawan
di tempat

Dengan hormat,
Dalam rangka memeriahkan Hari Film Nasional yang jatuh pada 30 Maret 2012, kami mempersiapkan Pameran Foto Jurnalistik bertema “Aku Cinta Film Indonesia” selama sebulan dengan lokasi berpindah (tempat yang pasti di Gedung Film, Gedung Sapta Pesona, dan Aula Kemendikbud – namun pihak pengelola Blitz Megaplex dan Cineplex 21 juga bersedia).
   Kegiatan pameran foto ini, merupakan kelanjutan dari acara serupa tahun 2008 dalam rangkaian Festival Film Indonesia. ketika itu ada 100 foto dari 26 peserta wartawan yang didisplay dari 12 November – 12 Desember 2008 di Gedung Film, Jalan MT Haryono, Jakarta Selatan.
   Kami mengundang rekan-rekan wartawan (aktif maupun senior yang sudah paripurna) sekaligus memohon partisipasinya untuk menyerahkan pada kami ‘foto-foto usang’ yang tersimpan untuk menjadi bagian acara dan ‘bercerita’ di Hari Film Nasional nanti. Kami akan mencetak foto sebesar ukuran 17 R.
(Syarat dan ketentuan lihat dalam lampiran/ halaman berikutnya)
   Demikian informasi ini kami sampaikan, semoga rekan-rekan senantiasa dalam kondisi sehat-sejahtera. Amin.
 
Jakarta, 4 Maret 2012
Teguh Imam Suryadi, Ketua Panitia Pelaksana
Cp: 0818 4040 13 Email: kabar.film@yahoo.com
         
NB: Pendaftaran dan pengumpulan foto ke Sdr Dudut Suhendra Putra (HP 08161318670 atau 081932361906 email: dsp_poetra@yahoo.com  )

Alamat Panitia Pameran Foto:
Sekretariat PWI Jaya Seksi Film dan Budaya Lantai 4 Gedung Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail Jl HR Rasuna Said, Kavling C-22, Jakarta Selatan.

SYARAT & KETENTUAN PESERTA PAMERAN FOTO
1. Peserta adalah wartawan (pernah terdaftar/dikenal) sebagai wartawan dengan memperlihatkan ID Card
    dan mengisi formulir pendaftaran (gratis) dan menyerahkan pas foto ukuran 3x4 sebanyak 2 lembar (bisa menyusul).
2. Menyerahkan maksimal 4 karya foto (usia foto tidak terbatas)
3. Foto dikirim dalam format CD/ negative film/ atau melalui email ke dsp_poetra@yahoo.com
4. Foto dilengkapi Judul, caption, waktu dan tempat serta nama pemotret
5. Foto yang kami terima berdasarkan kualitas gambar (untuk cetak ukuran 17R oleh panitia)
6. Seluruh foto yang dipamerkan jika memungkinkan akan dibuat catalog
7. Seluruh foto yang dipamerkan menjadi milik panitia
8. Batas penerimaan foto tanggal 12 Maret 2012.

MATERI ATAU OBYEK FOTO
Beberapa foto yang dikirim mencakup beberapa kriteria sebagai berikut:
1. Profile : Kegiatan artis/aktor, produser, sutradara, kameraman dan lainnya
a. Close-up
b. Medium

2. Panorama: Lokasi syuting, suasana syuting, rombongan kru film, dan lain-lain
a. Close-up
b. Medium
c. Panorama

3. Teknologi : Kamera posisi on, jimmy jib, ruang studio, dan equipment lainnya
a. Close-up
b. Medium
c. Panorama

Kamis, 08 Maret 2012

'Sampai Ujung Dunia' film perdana NasiPutih Pictures


KETIKA banyak film mengangkat tema seputar cinta remaja sekolah dan kampus umum, rumah produksi Nasi Putih Pictures justru menghadirkan setting dan pendekatan yang berbeda melalui film Sampai Ujung Dunia (SUD). Berbeda, karena film ini melibatkan dinamika dunia sekolah pelayaran dan penerbangan.
   Film drama romantis ini menghadirkan pemain antaranya Dwi Sasono, Gading Marten, Renata Kusmanto, Roy Marten, Chintami Atmanegara, Sudjiwo Tedjo, dan lain-lain. Layar dibuka dengan  kemunculan seorang pemuda yang belakangan diketahui bernama Daud, seorang pelaut Indonesia saat menyusuri sebagian sudut kota di Belanda. Dia termangu saat masuk di sebuah restoran dan membayangan masa kecilnya bermain bersama Gilang tetangganya, dan Anisa anak penghuni panti asuhan tak jauh dari rumah mereka. Anisa anak yang baik namun fisiknya lemah dan sering sakit.
   Persahabatan yang terbina sejak masa kecil ini dilalui hingga mereka remaja dimana diantara ketiganya mulai memahami persahabatan mereka terdistorsi oleh perasaan cinta. Gilang dan Daud menghadapi kenyataan pelik; mencintai orang yang sama yaitu Anisa. Sebaliknya, kekaguman Anisa pun tidak berubah pada kedua sahabatnya itu.
   Demi menjaga perasaan kedua lelaki yang dikaguminya itulah, Anisa memutuskan membuat ‘sayembara’ yang nyaris tak masuk akal, yakni meminta kepada keduanya yang tercepat membawanya ke negeri Belanda (menemui orangtuanya), maka dialah yang akan menjadi kekasihnya.
   Sayembara ini ditanggapi serius oleh Gilang dan Daud yang ketika itu menjelang lulus SMA. “Lihat ini, ada kesempatan buat kalian membawaku ke Belanda,” kata Anisa, yang saat itu bekerja di sebuah percetakan. Ia perlihatkan selebaran pengumuman dari Sekolah Tinggi Penerbangan dan Pelayaran yang membutuhkan banyak taruna.
   Bagi anak konglomerat seperti Gilang, tentu tidak sulit memboyong Anisa ke Belanda, dia bisa minta pada orangtuanya. Sementara musykil bagi anak penjahit miskin seperti Daud. “Tetapi, aku ingin uang untuk membawaku ke Belanda uang kalian sendiri,” tegas Anisa.
   Sayembara itu tidak ditawar-tawar lagi oleh Gilang dan Daud. Demi meraih cinta sejati, keduanya bersemangat dan langsung melanjutkan sekolah penerbangan dan pelayaran sesuai ‘arahan’ Anisa.  Niat keduanya ditanggapi berbeda oleh masing-masing orangtua. Ayah Gilang (diperankan Roy Marten) yang konglomerat menertawakan rencana Gilang masuk ke Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia (STPI) – Curug.
   Sedangkan orangtua Daud (diperankan Sudjiwo Tedjo) berharap agar anaknya bersikap realistis melihat kondisi perekonomian keluarga. Tidak mungkin meneruskan ke Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) – Merunda, karena membutuhkan biaya sangat besar. “Tetapi pak, Aku berusaha mendapatkan beasiswa,” kata Daud kepada sang ayah.
   Singkat cerita, keduanya diterima sebagai taruna di sekolah yang mereka pilih. Suasana pendidikan dan dinamika selama di asrama membentuk karakter Gilang dan Daud yang semula remaja urakan dan kekanakan menjadi pemuda mandiri yang disiplin.
   Beberapa kali dalam kesempatan libur sekolah di akhir pekan, baik Gilang maupun Daud masih menjumpai Anisa di panti asuhan. Di panti inilah Anisa dititipkan ibunya sebelum meninggalkan Indonesia, dan menetap di Belanda bersama kekasih gelapnya.
   Waktu berjalan cepat. Daud dan Gilang dinyatakan lulus sekolah dan mulai bekerja di bidangnya masing-masing. Di sisi lain, Anisa yang diam-diam mengidap sakit keras tetap menutupi penyakitnya. Suatu kebetulan, sayembara yang pernah dibuat Anisa dipenuhi secara bersamaan oleh Gilang dan Daud. Keduanya siap membawa Anisa ke Belanda meski Anisa divonis mengidap sakit kelainan jantung.
   Menjelang akhir cerita, adegan kembali kepada sosok Daud yang duduk menunggu di restoran di Belanda. Tak lama kemudian muncul Gilang yang terlihat semakin dewasa, disusul seorang wanita paruh baya (diperankan Tutie Kirana) yang ternyata ibunda Anisa. Ketiganya pun berdiskusi tentang siapa yang paling berhak mendapatkan cinta Anisa.
   Namun, ternyata diam-diam Anisa sudah berada di kota Belanda dan menentukan siapa cinta sejatinya.
   Film ini menghadirkan penampilan khusus sejumlah pemain, antaranya rapper Iwa K, dan Desta, serta Sita Nursanti. Sebagai film bertema drama romantis, Sampai Ujung Dunia besutan sutradara Monty Tiwa ini sangat inspiratif, memancing minat para remaja untuk memilih dan mencintai profesi penerbang dan pelaut.
   Banyak hal diungkapkan dalam film yang recommended ini, terutama tentang dinamisnya kehidupan taruna penerbangan dan pelayaran di masa pendidikan. Film SUD akan ditayangkan serentak di bioskop nasional seluruh Indonesia pada pekan pertama bulan Maret 2012. Ini sepertinya akan menjadi kado istimewa bagi perayaan Hari Film Nasional yang jatuh pada 30 Maret. (tis)