Selasa, 07 Agustus 2012

EltraStudio siapkan sistem digital dan seluloid

JASA laboratorium film Indonesia meski relatif sedikit jumlahnya, namun tetap dinamis dan berkembang.  Salah satunya PT EltraStudio, yang sejak 2004 memulai proses pekerjaan digital intermediate melalui proyek pertama film Soe Hok Gie produksi Miles Films.
   Direktur Operasional PT EltraStudio, Mohammad Wardana Reza akrab disapa Dana Reza mengatakan, saat itu EltraStudio melakukan pekerjaan digital effects dan compositing, yang hasilnya pada saat itu dibawa ke Bangkok untuk proses digital transfernya.
   “EltraStudio mulai serius mengerjakan bagian-bagian efek visual beberapa film dan semuanya diproses di luar negeri. Kemudian tahun 2009 mereka melengkapi diri dengan failitas grading dan kinetransfer,” kata Dana Reza.
   Sudah puluhan judul film masuk ke EltraStudio yang seluruhnya dengan materi dari kamera digital. “Kami mengerjakan materi dari berbagai jenis kamera mulai dari kamera DSLR hingga kamera yang khusus dibuat untuk format Digital Cinema,” jelasnya.
   Proses colorgrading dengan data dari berbagai jenis kamera, kata Dana Reza biasanya terbagi 2 jenis data, ada Logarithmic dan Linear. Logaritmic file dihasilkan oleh kamera yang khusus diciptakan untuk memenuhi kebutuhan Digital Cinema seperti Arri D-21, Arri Alexa dan RedCam
   Sedangkan Linear file dihasilkan oleh beberapa kamera HD umumnya seperti : Sony EX3. Panasonic P2, Canon 5D-7D dan sederetan camera HD lainnya. “Tetapi 95% pekerjaan yang ka-mi terima dengan format Linear data,” katanya.
   Tentang perbedaan keduanya, yang signifikan terutama dari informasi data yang terekam di dalam gambar. Istilah yg biasa digunakan para DOP mereka sebut Latitude. Logarithmic data menghasilkan informasi warna lebih lebar. hasilnya mendekati data dalam film selluloid. sedangkan Linear data menghasilkan informasi warna lebih sempit.
   Hal ini juga membedakan penanganannya dalam proses colorgrading. Materi digital dengan menggunakan data logarithmic akan mempunyai detail yang lebih bagus dan lebih mudah dalam proses colorgrading.
   Sedangkan materi data Linear sangat tergantung dari penguasaan sang Kameraman dalam pengambilan gambar. Biasanya data Linear akan sangat peka terhadap warna putih dan cenderung menghasilkan kontras yang tinggi.
   Penanganan Colorgrading dengan materi data Linear untuk proses kinetransfer bukanlah hal yang mudah. Perlu beberapa pemahaman saat pengambilan gambar di lapangan.
   “Pada awalnya  kami sering dihadapkan dengan berbagai kesulitan dalam melakukan pekerjaan colorgrading, karena tidak jarang kami menerima materi yang sangat sulit untuk diolah.  Hingga kini hampir 95% proyek yang kami kerjakan menggunakan kamera dengan format data Linear,” ujar Dana.
Oleh karena itu, tim EltraCinestudio berusaha bekerjasama de-ngan tim produksi dalam mencapai hasil maksimal yang diinginkan.
   Tim ini menyediakan waktunya untuk ikut ambil bagian dalam praproduksi. Misalnya bekerjasama dengan DOP dengan melakukan Tes kamera. Dari tes kamera ini didapatkan sebuah workflow yang nantinya akan dipakai sebagai acuan tim kamera dalam produksi yang akan dilakukan.
   Tidak hanya sampai di situ. Hasil tes kamera digital tersebut akan langsung dilakukan colorgrading untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. dan hasil ini ditransfer ke film melalui proses kinetransfer. Setelah selesai negatif film akan diproses di FilmLab untuk dicetak hasil positif.
   Dari proses ini diharapkan terjadi proses sharing antara tim kamera dan Tim EltraCineStudio dalam menghasilkan gambar yg berkualitas. Belakangan ini Film-film digital Linear yang diproses di Eltra sudah sangat memuaskan. Ini semua karena  adanya kerjasama dengan tim produksi khususnya dengan tim kamera.
   Kebanyakan proses grading yang dilakukan di lab ini color correction dan color enhancement. Pada awal pekerjaan harus sudah ditentukan final copy positif film yang akan digunakan. Pada  umum  menggunakan copy film Kodak atau Fuji adapula yang memilih menggunakan copy film Agfa. Proses transfer dari film ke digital akan berhasil sempurna jika setting proses grading telah disesuaikan dengan output film yang akan digunakan nantinya.
   Alasan keputusan penggunaan film ini biasanya dengan berbagai alasan misalnya pertimbangan budget atau pemilihan karakter warna sesuai konsep sang sutradara.
   “Kegiatan awal kami proses color grading, yaitu membetulkan warna untuk mencapai warna sesuai setting di lapangan,” jelas Dana.
   Dalam urutan prosesnya ada-lah primary dan secondary color grading. Sebelum melakukan proses ini biasanya dimi referensi warna yang diinginkan klien. Dan tahap primary grading proses yang dilakukan adalah membetulkan intensitas warna, shadow dan highlights. Tujuannya mendapat kontinuiti warna setiap scene dalam sebuah film. Setelah selu-ruh materi melalui proses ini dilakukan preview dengan klien.
   Kemudian secondary grading dilakukan bersama dengan klien. Hal yang dilakukan dalam Proses secondary grading adalah control terhadap Luminance, saturation dan hue. “Tujuannya  meningkatkan detail gambar, teknologi mesin grading sekarang sangat membantu karena kita dapat menggunakan fasilitas power window berupa masking, sehingga kita bisa memisahkan bagian-bagian warna atau objek tertentu untuk diolah secara realtime.
   Untuk proses colorgrading bia-sanya selesai dalam 5 sampai 10 hari kerja tergantung kondisi materi masing-masing film.
   Proses kinetransfer  menggunakan Producer-4 dari Lasergraphics yang sangat produktif dan sangat presisi. Alat ini populer di Hollywood karena kehandalan dan kecepatan kerjanya. Untuk print 1 film dalam format 2K  resolusion durasi 90 menit bisa selesai 45 jam. Umumnya seluruh materi print yang dikerjakan melalui proses upscaling ke format 2K resolution. (kf3)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar