Selasa, 07 Agustus 2012

Erwin Arnada menulis Rumah di Seribu Ombak dalam sel

Erwin Arnada (kemeja putih) ngobrol bareng wartawan dari
Jakarta soal rencana syuting 'Rumah Di Seribu Ombak'
di Starbuck Cafe Bali tahun 2011. (foto: dudut sp)



MANTAN wartawan, pemimpin redaksi majalah Playboy Indonesia, Erwin Arnada kini mulai menjalani debutnya sebagai seorang sutradara lewat film yang menawarkan keindahan toleransi berjudul Rumah di Seribu Ombak. Film tersebut merupakan hasil adaptasi dari karya novelnya yang berjudul serupa, yang dia tulis saat masih mendekam di Lembaga Pemasyarakatan Cipinang pada tahun 2010.
   Novel Rumah di Seribu Ombak merupakan hasil riset Erwin tentang sosok pemandu wisata bernama Wayan Manik di Lovina, Bali pada tahun 2008. Ketika novelnya tersebut berhasil laris di pasaran, Erwin pun berharap versi filmnya nanti bisa mengalami hal yang serupa.
   "Versi novelnya saya tulis saat masih mendekam di Lembaga Pemasyarakatan Cipinang sekitar 9 bulan. Sebelumnya saya memang sempat riset ke Singaraja, Bali pada tahun 2008 dan mewawancari seorang pemandu wisata bernama Wayan Manik. Di Singaraja, populasi umat muslimnya paling banyak dan menurut saya toleransi disana sangatlah tinggi. Hal itulah yang mau coba saya angkat di film ini," ucap Erwin di XXI Epicentrum, Kuningan, Jakarta Selatan.
   "Best seller novel dan film itu urusan di atas sih, tapi saya berharap film ini sukses juga," tambahnya.
Selain toleransi, film Rumah di Seribu Ombak juga memiliki 'misi terselubung'  Erwin Arnada untuk kemajuan industri perfilman Tanah Air.
   "Saya cenderung  menampilkan wajah-wajah baru di film ini kecuali Lukman Sardi. hal itu saya lakukan karena industri ini butuh talenta-talenta baru,” ujar Erwin Arnada. (kf1)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar