Selasa, 24 Januari 2012

FTV 'Palupi' karya SMK Negeri 3 Batu

SELAIN terampil menggarap otomotif, siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) ternyata produktif membuat film. Salah satunya SMK Negeri 3 Batu, Malang, Jawa Timur yang baru saja mempro-duksi FTV berjudul Palupi.  Dalam film ini dihadirkan artis layar lebar Qori Sandioriva (Putri Indonesia 2009) yang beradu akting dengan Wali Kota Batu, Eddy Rumpoko. 
   Kreatifitas generasi muda siswa SMK ini patut mendapatkan apresiasi setinggi-tingginya. Film yang rencana tayang 22 Januari 2012 di salah satu TV swasta nasional dan TV lokal Malang. Palupi adalah kolaborasi SMK Negeri 3 Batu bersama Confidemus Pictures dan CNO Production. Dibuatnya film Palupi ini merupa-kan bentuk perhatian dan upaya dari para sineas-sineas senior ter-hadap generasi penerus perfilman Indonesia untuk menghasilkan sebuah karya film yang baik.
   "Film Palupi adalah upaya pendampingan kita terhadap para generasi penerus perfilman Indonesia," ujar sutradara A Nawir Hamzah.
Menurut pimpinan sanggar Teater Sendiri ini, dunia pertelevisian belakangan sudah jarang yang bersikap idealis memenuhi fungsi edu-kasi bagi masyarakat. Asal karyanya laku, rating oke dan disukai penon-ton, selesai perkara. Banyak hal yang menjadikan perjalanan pertelevisian kita ini salah jalan. Inilah yang harus kita perbaiki.
   Film ini menghadirkan Qori Sandioriva yang berperan sebagai to-koh utama, Palupi besar. Bagi wanita berdarah Aceh tersebut, keterlibatannya di film ini merupakan pengalaman pertamanya bekerja sama dengan siwa-siswa SMK. 
   "Saya sangat senang, ini adalah kali pertamanya saya bekerja sama dengan siswa-siswa SMK jurusan broadcasting dalam sebuah produksi film, meskipun usia mereka masih belia tapi mereka cukup baik dalam mempelajari tentang broadcasting," ujar Qori.
   Qori juga berharap semoga ilmu dan pengalaman yang didapat selama proses pembuatan film ini kelak bisa menjadi bekal untuk menjadi sineas-sineas berbakat selepas lulus SMK nanti. "Terus belajar dan terus kembangkan diri," tutur Qori, menyemangati siswa-siswa SMK Negeri 3 Batu.
   Selain Qori, beberapa aktor dan aktris muda berbakat lainnya ikut ambil peran seperti Abra-ham J (sebagai Pak Teguh), Tia (sebagai Bu A-sih), Charis Lola (sebagai Palupi kecil), Byan A-rasy Arary (sebagai Tegar besar) dan Moh. Shafil (sebagai Tegar kecil). Wali Kota Batu, Eddy Rumpoko juga ikut ambil andil dalam film ini, dan beradu akting dengan Qori Sandioriva.
   Mengambil lokasi di kawasan Batu, Malang, kisah film ini menceri-takan kehidupan keluarga Pak Teguh. Sebuah keluarga yang hidup di dalam garis kemiskinan, meski dengan kondisi seperti itu mereka tetap semangat untuk menaklukan kemis-kinan sehingga mereka mampu meraih mimpi dan cita-cita.
   Pak Teguh dan Bu Asih adalah sepasang sua-mi-istri yang berbahagia dengan dua orang anak, Palupi dan Tegar. Mereka hidup sederhana, bah-kan terkadang kekurangan. Keluarga Palupi tinggal tidak jauh dari rumah villa di sekitar kota Batu.
   Pak Teguh adalah seorang sopir mobil carteran. Suatu ketika Pak Teguh mengalami kecelakaan lalu lintas hingga merenggut nyawa. Kehilangan Ayah yang dicintai merupakan hal yang cukup berat bagi kedua anaknya, Palupi 12 tahun dan Tegar 6 tahun. Sementara Asih perlu waktu untuk bisa berdiri sendiri tanpa pendamping.
   Dengan berjualan jenang apel, Tegar dan Palupi membantu ibunya yang hanya seorang buruh tani dan berjualan apel demi membiayai kehidupan mereka. Beberapa ujian saat mencari nafkah kerap mereka lewati dengan perjuangan yang cukup berat. Kerasnya kehidupan telah membuat kedua anak itu menjadi benar-benar mandiri. 
   Suatu ketika ada dompet seorang ibu bernama Diana tertinggalan di warung tempat Palupi mencuci piring, oleh Palupi dompet tersebut dikembalikan, namun Palupi menolak diberi uang. 
   Kejujuran dan bekal budi pekerti yang mereka miliki membuat ibu Diana merasa simpati melihat kegigihan mereka berdua dalam meraih cita-cita, hal tersebut membuat mereka menjadi dekat dan Ibu Diana membiayai sekolah mereka. Hingga Palupi berhasil meraih cita-citanya menjadi seorang guru. 
   Perjuangan Palupi belum berakhir dia masih harus membiayai sekolah adiknya, Tegar yang memiliki keinginan menjadi seorang petani bunga. Pendidikan itu perlu, karena masa kini dan masa nanti "Tidak ada tempat untuk orang bodoh".
   Mungkin Kita sering merasa kehidupan ini tidak adil. Terkadang kesulitan dan penderitaan memang dapat memunculkan kebimbangan dan keputusasaan. Namun Tuhan tidak pernah menguji hamba-Nya diluar batas kemampuan. Semoga film inspiratif ini memberi inspirasi dan membuka mata hati kita bahwa kesulitan yang kita hadapi menawarkan kesempatan bagi kita untuk menggali siapa sejatinya diri kita. (kf1)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar