Senin, 17 September 2012

Wisata: Desa Pemuteran Bali, Menjual Ketenangan

APA yang ada di benak orang saat ditanya nama tempat wisata pantai di Bali? Lagi-lagi mereka akan selalu menyebut Sanur, Kuta atau Nusa Dua. Padahal tempat wisata di pulau dewata bukan hanya berada di kawasan selatan pulau ini. Salah satu yang bisa menjadi alternatif bagi wisatawan adalah di desa Pemuteran. Dimanakah itu?
Pantai Desa Pemuteran
 Desa Pemuteran tepatnya berada di sebelah barat pulau ini, persisnya ada di kecamatan Gerokgak, kabupaten Buleleng. Lokasinya ada di perlintasan rute antara Gilimanuk-Singaraja. Dari kota Denpasar, tempat ini bisa ditempuh ke arah barat pulau dalam empat jam. Dari pulau Jawa, sudah dekat setelah menyeberang dari Banyuwangi.
 Di sini pantainya indah membiru, dengan ombak yang terbilang jarang, lantaran bukan berada di lingkar Samudera Hindia. Terumbu karangnya yang dangkal terpelihara dan dikonservasi dengan baik. Rupanya masyarakat setempat memiliki kesadaran tinggi akan kekayaan alam desa mereka. Pantainya cocok untuk wisata snorkeling yang tak jauh dari bibir pantai.
 Pantai ini juga jauh dari hiruk-pikuk pedagang asongan. Atmosfernya masih macam di pedesaan yang damai. Tak ada bar, restoran atau diskotek, sungguh cocok bagi mereka yang ingin merasakan suasana spiritual. Mau bermeditasi misalnya, cukup tinggal di dalam cottagenya. Sunyi, namun tetap saja menyenangkan.  
Pemuteran Cottage
 “Dulu tempat ini tidak seperti sekarang,” demikian ungkap I Gusti Agung Prana, Ketua Yayasan Karang Lestari yang sekaligus pemilik resor Taman Sari. Dia mengaku saat tahun 1980-an datang ke desa Pemuteran tempatnya masih tandus. Terumbu karang rusak. Kondisi masyarakatnya pun masih terbilang minus.
 “Padahal saya melihat ada tiga teluk dan sebelas gunung di sekitar kawasan ini,” kenang Prana lagi. Ditambah lagi masyarakatnya dengan budaya yang unik, dia melihat potensi pariwisata desa yang amat menjanjikan di masa mendatang. 
 Pelan-pelan, mulailah Prana memberikan pemahaman yang kini dikenal sebagai pariwisata berkelanjutan kepada penduduk setempat. Dia memberikan motivasi bagaimana membuat lingkungan setempat agar selalu terjaga dengan baik. Prana menanamkan konsep bahwa pariwisata tak melulu sebagai bisnis semata. Menurutnya, lingkungan harus tetap dijaga sebagai modal hidup mereka. 
 Awal 1990-an, ide yang ditawarkan Prana mulai berbuah. Kawasan Pemuteran mulai hijau. Terumbu karang yang tumbuh secara alami, tak pelak menarik perhatian wisatawan untuk datang ke Pemuteran. Mereka datang dengan berbagai minat khusus, umumnya wisata bahari macam diving atau snorkeling. Namun ada juga yang sekadar wisata spiritual.  
 Sejak tahun 2000, Prana juga menggagas proyek rehabilitasi terumbu karang bersama warga setempat. Mereka membentuk Kelompok Karang Lestari. Kelompok ini melakukan rehabilitasi terumbu karang dengan teknik yang terbilang baru. Caranya adalah dengan mengalirkan listrik bertegangan rendah pada kerangka rumpon (bronjong) di bawah dasar laut. Selain itu, yayasan ini juga mengupayakan penangkaran penyu. 
  Demikianlah model Prana berbisnis. Dimulai dengan memberdayakan penduduk setempat, hingga tingkat kesejahteraannya bisa meningkat. Lantas, dia dengan caranya yang unik juga tetap menjaga kelestarian lingkungan sekitarnya dengan berbagai cara agar pariwisata tetap berkelanjutan.
 Dalam Konferensi Pariwisata Berkelanjutan, di Holiday Inn Hotel, Kuta, Bali medio September lalu, Prana bersama Yayasan Karang Lestarinya menerima penghargaan dari pemerintah atas upaya pelestarian terumbu karang dan penangkaran penyu. (bob)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar