Rabu, 27 Juni 2012

Digelar, Lombok Sumbawa Pearl Festival 2012

Wakil Gubernur NTB Ir Badrul Munir MM memberi
keterangan pers tentang rencana pergelaran
Lombok Sumbawa Pearl Festival 2012 di Kantor
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Jakarta.
(foto: dudut sp)

KEMENTERIAN Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenpareraf) memberi dukungan penyelenggara-an Lombok Sumbawa Pearl Festival (LSPF) yang akan diadakan pada 29 Juni-1 Juli 2012  Direktur Promosi Pariwisata Dalam Negeri Kemenparekraf mengatakan, LSPF merupakan salah satu langkah untuk memantapkan NTB sebagai destinasi nusan-tara serta mendorong pengembangan mutiara di Lombok. “Mutiara memang benda kecil tapi memi-liki nilai ekonomi tinggi. Selain itu, keberadaan mu-tiara juga bisa dimanfaatkan sebagai ‘alat diplomasi’ baik antar pemerintah daerah maupun antar negara,” tambahnya pada jumpa pers LSPF di Gedung Sapta Pesona, 25 Juni 2012.
   Sementara itu, Wakil Gubernur NTB Badrul Munir, mengatakan bahwa pada penyelenggaraan yang ketiga kalinya ini, pihaknya terus belajar demi memperbaiki kualitas LSPF. Menurut catatanya, jumlah transaksi mutiara pada tahun 2011 meningkat sebanyak 200% dari jumlah transaksi pada tahun sebelumnya. Sedangkan, jumlah transaksi pada bulan Januari hingga Mei tahun 2012 mencapai US$ 498,9 dengan jumlah mutiara 540 kg.  Selain itu, penyelenggaraan LSPF dinilai dapat meningkatkan ekspor mutiara NTB, meningkatkan industri kreatif, serta mempromosikan Lombok sebagai propinsi poenghasil mutiara.
   Penyelenggaraan LSPF merupakan salah satu upaya pemerintah daerah NTB untuk mencapai kunjungan wisatawan sebanyak 1 juta. Hingga saat ini, jumlah kunjungan wisatawan telah mencapai 600 ribu kunjungan. Melihat angka ini, pemerintah daerah NTB mengaku optimis.
  Diungkapkannya, selama ini mutiara diekspor dalam bentuh mutiara mentah. “Rencananya, kami juga melebarkan sayap dengan mengeskpor mutiara dalam bentuk aksesoris. Mutiara Lombok memiliki memiliki banyak ragam, salah satu cirinya adalah berwarna emas (gold) dan putih (white). Nilai jual mutiara berupa aksesoris biasanya meningkat sekitar 20 kali dari harga mutiara mentah.
  Ratna Zhury Mahyuda, Ketua Bidang Pengembangan Produk Asosiasi Budidaya Mutiara (Asbumi) mengatakan bahwa penyelenggharaan LSPF juga dapat memberikan edukasi bagi konsumen dan pelaku bisnis mutiara mengenai mutiara. Ia menjelaskan, mutiara berkualitas baik biasanya diekspor. Sementara, mutiara dengan kualitas kurang baik, yakni sekelas manic-manik dijual di dalam negeri. “Terkadang, pedagang mutiara berlaku curang. Pada LSPF kali ini, kami juga memberikan tips untuk membedakan mutiara asli dan tidak, misalnya dengan cara digosokkan digigi, jika terasa berpasir maka itulah mutiara asli dengan kualitas baik,” jelasnya kemudian. (tis)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar