Senin, 30 Juli 2012

"Rumah Di Seribu Ombak", keragaman dan cinta

Adegan dalam 'Rumah di Seribu Ombak'
Judul: RUMAH DI SERIBU OMBAK Bahasa: Bahasa Indonesia Produksi: TABIA FILMS & WINMARK PICTURES Tahun Produksi: 2012 Periode Release:  Agustus 2012 Durasi: 102 menit Format : Digital Target Release Date: 18 Agustus 2012 OST: ‘Kuat Kita Bersinar’ (SID), Sony Music 
CAST (alphabetical order):  Andania Suri sebagai Syamimi (dewasa) Andre Julian sebagai Samihi (dewasa) Bianca Oleen sebagai Syamimi (kecil) Dedey Rusma sebagai Wayan Manik (kecil) Jerinx SID sebagai Ngurah Panji, Lukman Sardi sebagai H. Aminullah (Ayah Samihi), Tania Grace sebagai Aisyah Riman Jayadi sebagai Wayan Manik (dewasa), Risjad Aden sebagai Samihi (kecil).   
   KISAH Rumah Di Seribu Ombak  seluruhnya mengambil tempat di wilayah Singaraja, Bali. Tema yang mencuat adalah seputar keragaman etnis budaya dan agama, toleransi, cinta, dan isu-isu sosial yang biasa ditemukan di kehidupan sehari-hari. Tidak menghe-rankan jika dramatik film ini menyangkut  masalah putus sekolah, persahabatan, hubungan keluarga, kemiskinan, trauma-trauma masa lalu, dan mimpi-mimpi masa depan. Termasuk yang juga menjadi interest kisah film ini adalah kasus pedofilia di kalangan anak-anak sekitar pantai. Ini memberi plus drama baik di buku, maupun filmnya. Hanya saja, kisah pedofilia di dalam film tidak tergarap dengan, misalnya solusi. Mungkin seperti ‘janji’ sang sutradara, untuk lebih fokus pada masalah toleransi dan keragaman tadi.
   Sebagai setting, Singaraja adalah salah satu daerah di Bali yang memiliki populasi umat Muslim yang cukup banyak. Berangkat dari kondisi ini, Erwin melihat tema toleransi yang begitu tinggi dan layak diangkat ke permukaan. Dua tokoh utama Rumah di Seribu Ombak berasal dari latar belakang Hindu dan Islam. Persahabatan keduanya menjadi porsi terbesar di kisah itu.
   Pengambilan gambar yang seluruhnya di Bali menjadi salah satu jaminan indahnya scene-scene film yang mulai akan tayang di bioskop-bioksop mulai 30 Agustus 2012.  
   Untuk persiapan syuting sendiri, tim produksi mengangkut alat-alat yang semua berasal dari Jakarta. Ini menjadi syuting yang tidak sederhana jika tidak ingin disebut melelahkan. Namun dedikasi tim ini terbayarkan dengan menghadirkan visual yang baik.
  Versi novelnya sendiri sudah laris di pasaran dan berhasil menemukan pembaca-pembaca yang memberikan apresiasi cukup tinggi. Erwin Arnada mengambil posisi sebagai sutradara dan mengambil banyak bakat-bakat lokal untuk film ini. Selain Lukman Sardi, ada Jerinx dari grup musik SID yang ikut berperan. Film ini sangat layak ditunggu. Tema toleransi dan isu-isu sosial lain yang diangkat sejatinya dapat menambah pemahaman sebagai bangsa yang memiliki latar belakang berbeda. (kf1).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar