Selasa, 31 Juli 2012

Festival Budaya Lembah Baliem digelar ke-23 kali

Jumpa pers Festival Budaya Lembah Baliem 2012
KEGIATAN Festival Budaya Lembah Baliem 2012 kembali akan digelar oleh Pemkab Jayawijaya. Tahun ini merupakan yang ke-23 kalinya Festival Budaya Lembah Baliem (FBLB) dilaksanakan, dengan dukungan dana APBD Rp 2,5 Miliar event selama 4 hari tersebut pada 8-11 Agustus 2012. Keseluruhan acara akan berlangsung di Desa Wosi, Distrik Wosilimo, Kabupaten Jayawijaya, Papua. Serangkaian pertunjukan budaya disiapkan antaranya tari perang, tradisi bakar batu, karapan babi, hingga lomba memanah untuk para turis.
 "Kami mengeluarkan Rp 2,5 M untuk pelaksanaan festival ini," tutur Wempi Wetipo, Bupati Kabupaten Jayapura saat jumpa pers FBLB di Gedung Sapta Pesona, Jakarta, Jumat (27/7). Lanjut Wempi, jumlah tersebut tak hanya digunakan untuk melengkapi infrastruktur setempat tapi juga dibagikan kepada masing-masing kelompok pertunjukan.
   "Tari perang-perangan misalnya, ada 100-an orang yang berpartisipasi di situ. Nah uangnya diberikan ke mereka juga," tambah Wempi.
   FBLB 2012 akan lebih meriah dibanding tahun-tahun kemarin. Soalnya, seluruh lapisan masyarakat dari 40 distrik di Kabupaten Jayawijaya akan ikut andil dalam event ini. Wisatawan akan dimanjakan dengan beragam pertunjukan budaya, menikmati makanan khas Papua, serta melihat rumah adat Honai yang unik bentuknya.
  "Yang ditampilkan di Lembah Baliem adalah bukan sesuatu yang direkayasa tapi merupakan kebiasan dari tradisi hidup masyarakat yang terus menerus dibawa," lanjut Wempi Wetipo.
Festival tertua  
   Sementara itu, Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Wamenparenkraf) Sapta Nirwandar yang juga hadir, mengatakan Festival Budaya Lembah Baliem ini merupakan festival tertua yang ada di Indonesia.   
   "Mengingat sudah 23 kali dilaksanakan, maka FBLB ini termasuk yang festival  budaya tertua di Indonesia. Kementerian Parekraf selalu memberikan dukungan, tidak hanya secara moril juga materil," ungkap Sapta Nirwandar. Hal ini diperkuat dengan penuturan Wempi, yang menyatakan festival ini pertama kali dimulai pada tahun 1990. Dalam perayaan ini dipertunjukkan berbagai atraksi yang ditampilkan oleh masyarakat setempat.
   Atraksi tersebut di antaranya pertunjukan perang-perangan yang menjadi tradisi masyarakat setempat sebelum agama Kristen masuk, beragam tari-tarian seperti tari muda-mudi mencari jodoh, tarian adat pesta kawin, serta tarian adat pada saat upacara adat, dan yang paling unik ialah atraksi karapan babi yang dilakukan oleh kaum perempuan.
  "Kenapa kita juga ada kegiatan karapan babi yang akan kita laksanakan, karena itu identik dengan kehidupan masyarakat yang merupakan sejarah turun temurun," tutur Wempi.
   Menurutnya, kegiatan ini sendiri dilakukan untuk melestarikan nilai-nilai budaya yang telah ada pada masyarakat setempat selama bertahun-tahun silam. Selain itu, wisatawan yang datang pada festival ini dapat pula ikut serta dalam setiap kegiatan yang ada.
   Misalnya berpartisipasi menghias badan, memakai koteka maupun noken (tas tradisional masyarakat Papua), serta berbagai perlombaan seperti lomba memanah dan lomba lempar tombak.Acara ini akan dilaksanakan selama tiga hari yang melibatkan 40 distrik di Kabupaten Jayawijaya.
   Selain menyelami kehidupan suku Dani yang mendiami Lembah Baliem, wisatawan juga bisa ikut lomba melempar sege (tongkat), juga memanah. Bahkan, wisatawan laki-laki bisa mengenakan pakaian adat Papua yaitu koteka dan berbaur dalam tarian adat mereka!
   "Yang wanita bisa mengenakan rotali (rok yang terbuat dari tali atau rumput-red)," tambah Wempi.
   Ada satu hal yang menonjol pada festival yang digelar selama 4 hari ini. FBLB adalah festival budaya tanpa rekayasa, sudah dilakukan lintas generasi dan lintas zaman.
   "Dari tahun ke tahun, sejak dulu, sudah begini tradisinya. Makanya, FBLB jadi wujud pelestarian budaya masyarakat Papua terutama suku Dani," kata Sapta Nirwandar. (kf1)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar