Selasa, 22 November 2011

Menteri Marie E Pangestu tinjau Sinematek Indonesia

(foto: dudutsp)
MENTERI Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) DR Marie Elka Pangestu meninjau Gedung Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail (PPHUI) didampingi Dirjen NBSF Drs Ukus Kuswara MM, dan Direktur Film Drs Syamsul Lussa MA, Senin 21 November 2011. Pada kesempatan tersebut juga diadakan pertemuan dengan pimpinan organisasi perfilman.
   Kehadiran Marie E Pangestu untuk pertamakali ke PPHUI langsung menuju ruang penyimpanan film-film lawas di lantai dasar gedung. Di ruangan berisi ribuan film nasional dan asing ini, Menteri bersama rombongan didampingi Kepala Sinematek Berthy Ibrahim Lindia, dan Ketua Yayasan PPHUI H Djonny Sjafruddin SH.
   Pada pertemuan sekaligus perkenalan itu, Menparekraf mendengar berbagai persoalan yang ada di lingkungan organisasi perfilman Indonesia. Seperti diketahui bahwa di PPHUI terdapat sejumlah organisasi perfilman yang berkantor di gedung yang pembangunannya diprakarsai almarhum Ali sadikin, mantan Gubernur DKI Jakarta 1966-1977.
   Salah satu persoalan yang mendesak sekarang ini, menurunnya animo masyarakat menonton film Indonesia.”Kami sendiri bingung di mana salahnya. Sejak bulan Juli untuk mendapatkan 200 ribu penonton saja sangat sulit. Malah ada film yang hanya ditonton oleh sekitar 3000 penonton,”ujar Gope Samtani, salah satu Ketua Persatuan Perusahaan Film Indonesia (PPFI).
   Data terbaru, bahkan film 'The Mentalist' hanya disaksikan tak lebih dari 1000 penonton.
   Untuk itu menteri berjanji akan mendiskusikanya dengan para steakholder perfilman Indonesia. ”Selain secara lisan sebaiknya ada tulisan mengenai data persoalan agar bisa kita sama-sama cari solusinya. Harus dengan data yang akurat dan persoalan yang otentik. Karena kalau tidak dengan data agak sulit mencari ukuran penyelesaiannya,” ujar Marie.
   Dalam pertemuan itu hadir sejumlah pimpinan organisasi perfilman seperti PARFI, PWI Jaya Seksi Film dan Budaya, Senakki, GPBSI, GASFI, Perfiki, KFT, Sinematek, PPFI, dan AINAKI serta organisasi lainnya yang ingin curhat singkat dan meminta waktu bertemu untuk mengatasi persoalan yang mereka alami. Menteri yang baru menggantikan Jero Wacik itu bersedia menyediakan waktu untuk bersama-sama memecahkan persoalan dan memajukan film Indonesia.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Marie Elka Pangestu dan para
pimpinan organisasi perfilman (foto: dudutsp)
   Ketua Seksi Film dan Kebudayaan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jaya Teguh Imam Suryadi menjelaskan bahwa PWI khususnya bidang Film dan Kebudayaan dengan perfilman Indonesia tidak bisa dipisahkan. Haji Usmar Ismail sebagai bapak perfilman Indonesia adalah seorang wartawan. ”Sampai kapan pun kami akan mendukung dengan perbuatan nyata agar film Indonesia bertambah jaya,” ujar Imam, yang pada kesempatan itu menyampaikan kekecewaan teman-teman wartawan yang meliput kegiatan film, tidak diikutsertakan pada Festival Film ASEAN dalam rangka KTT ASEAN, baru-baru ini di Bali.
   ”Padahal sebelumnya kami diminta menyusun daftar wartawan untuk meliput kegiatan AFF, tapi ternyata kami tidak diberangkatkan tanpa alasan yang jelas. Sementara, ada pihak dari Kemenparekraf yang menginformasikan bahwa daftar nama-nama wartawan yang saya buat sudah dibookingkan tiketnya. Artinya, kami siap diberangkatkan tetapi tidak berangkat. Ada yang menipulasi data wartawan tersebut,”ujar Imam. (kf2)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar