Rabu, 23 November 2011

Televisi semakin permisif terhadap artis bermasalah

TELEVISI penyaji acara entertainment semakin permisif bagi para pelanggar kesusilaan dan tidak responsive pada nilai-nilai yang masih dijaga oleh masyarakat, terutama penonton. Demikian dikatakan oleh Ketua Forum Penonton Film (FPF), Teguh Imam Suryadi SH ketika ditanya tentang fenomena kemunculan sejumlah artis bermasalah di televisi.
   “Masyarakat tidak bisa berbuat apa-apa ketika menyaksikan artis yang seharusnya menerima sanksi moral dihadirkan seolah tak pernah terlibat kasus,” kata Teguh Imam Suryadi, kepada tabloid Kabar FILM, kemarin di Jakarta.
   Situasi tersebut menurut Imam, sangat disayangkan karena televisi memiliki fungsi yang sangat ideal, yakni selain memberi edukasi juga menghibur. “Dengan menampilkan artis-artis bermasalah sebenarnya merugikan stasiun televisi, karena akan muncul sikap antipasti masyarakat terhadap program yang dibawakan si artis,” ujarnya.
   Forum Penonton Film didirikan Teguh Imam Suryadi sejak tiga tahun lalu itu, merupakan lembaga nirlaba yang secara regular mengadakan kegiatan diskusi untuk mengkritisi dan mencari solusi bagi dunia tontonan, mulai dari film, sinetron, dan televisi secara umum.  “Sampai saat ini, anggota FPF sudah lebih dari 300 orang dari berbagai kalangan,” ungkap Imam, yang juga seorang wartawan itu.
    Dikatakannya, televisi yang kerap menghadirkan artis bermasalah secara perlahan akan ‘ditinggalkan’ penontonnya. “Secara hitungan bisnis, mungkin kehadiran artis  bermasalah sangat marketable atau menjual. Ini akan bisa menaikkan rating program. Namun, hakikatnya situasi ini memperlihatkan ketidakberpihakan televisi terhadap penontonnya,” jelas Imam.
   Seperti diketahui, beberapa artis yang terlibat dalam video mesum dengan pentolan grup band Peterpan, belakangan muncul dengan wajah ‘tanpa berdosa’ di dalam program-program televise tertentu. Selain artis pelanggar kesusilaan, sejumlah pesohor pengguna narkoba juga dimunculkan oleh televisi sebagai sosok ‘pahlawan’.
   Pengamat dunia televisi Eddie Karsito mengomentari mudahnya televisi menerima artis bermasalah, dengan mengatakan, “Semakin bermasalah si artis, maka eksposure-nya bertambah. Stasiun televisi berebut menjadikan si artis ‘idola baru’. Karena memang hal itulah yang dianggap dapat meningkatkan jumlah penonton dan meningkatkan rating,” ungkap Eddie Karsito, yang juga pendiri Humaniora Foundation.
   Eddie Karsito menambahkan, ia sempat mendengar kabar artis Cut Tari yang tersinggung ketika ditanya wartawan mengenai keterlibatannya di program salah satu sitasiun televisi. Saat jumpa pers tentang program terbarunya itu.
  “Sebaiknya dia (Cut Tari) tidak marah dan mengintimidasi wartawan yang bertanya supaya berdiri. Itu sebuah sikap yang tidak simpatik, selain justru member kesan semakin tidak bersahabatnya dia pada wartawan yang merupakan representasi dari masyarakat,” ungkap Eddie Karsito.   
   Seperti diketahui, sejumlah media memberitakan marahnya artis Cut Tari kepada seorang wartawan yang mempertanyakan kehadirannya kembali ke dunia televisi. Si wartawan kritis bertanya dengan mengkaitkan kasus VCD porno yang melibatkan dirinya dengan Ariel Peterpan. (kf2)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar